BISNIS.COM, JAKARTA—Arus investasi portofolio ke Indonesia diperkirakan tidak akan terganggu oleh tingginya pertumbuhan ekonomi Filipina yang mencapai 7,8% pada kuartal I/2013.
Scenaider C.H. Siahaan, Direktur Strategi dan Portofolio Utang Ditjen Pengelolaan Utang Kemenkeu, mengatakan saat ini negara-negara maju, seperti Amerika Serikat (AS) dan Eropa, sedang melakukan deleveraging utangnya. Deleveraging utang merupakan penurunan rasio utang terhadap neraca keuangan negara.
Apalagi, sambungnya, kebijakan penambahan likuiditas [quantitative easing] negara-negara maju masih berjalan sampai sekarang.
Scenaider menjelaskan hal tersebut menyebabkan pasokan likuiditas di pasar masih besar sehingga meskipun secara fundamental ekonomi tertinggal dengan Filipina, Indonesia masih menjadi daerah tujuan investasi portofolio yang menarik.
“Investor yang biasa investasi di negara maju kan butuh menempatkan dananya, akhirnya mereka mengejar return, artinya mencari yield yang menarik. Yield kita termasuk yang menarik di mata investor,” ujarnya, Kamis (30/5/2013).
Namun, Scenaider mengungkapkan Indonesia tidak bisa terus menerus mengandalkan kondisi eksternal yang mendukung. Indonesia, jelasnya, perlu segera memperbaiki iklim investasi dalam negeri.
Apalagi, The Fed mewacanakan kemungkinannya untuk mengurangi kebijakan quantitative easing yang sedang dijalaninya.
Berdasarkan data Bank Indonesia, sampai dengan kuartal I/2013, arus masuk investasi portofolio mencapai US$2,9 miliar. Jumlah tersebut meningkat 10,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar US$2,6 miliar. (ra)