BISNIS.COM, SEMARANG – Para pelaku industri furniture Indonesia berusaha meningkatkan kerjasama dengan pengusaha sejenis yang berasal dari berbagai negara di ASEAN dalam rangka persiapan menjelang diberlakukannya ASEAN Economic Community (AEC) 2015.
Ketua Umum Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo), Ambar Tjahyono mengatakan dengan segera diberlakukannya AEC 2015 maka pelaku industri permebelan dan kerajinan harus mempersiapkan diri sebaik mungkin, salah satunya dengan memperkuat jalinan kerjasama dengan para pengusaha di negara-negara ASEAN, terutama dalam bidang pemasarannya.
“Kalau berjuang sendiri-sendiri tentu akan berat, meskipun Indonesia mempunyai potensi bahan baku yang melimpah. Namun penguatan kerjasama pemasaran maupun dalam bentuk investasi dengan pengusaha ASEAN akan semakin memperkokoh jalinan bisnis sesama negara ASEAN, ditengah gempuran China,” tuturnya, disela ASEAN Furniture Industries Council, Trade and Investment Misssion, di Semarang, Selasa (28/5/2013).
Gelaran yang diadakan mulai Senin malam (27/5/213) hingga Sabtu (1/6/2013) di Semarang tersebut dihadiri 31 delegasi pengusaha yang bergerak di industri kerajinan furnitur dari berbagai negara tetangga seperti Malaysia, Filipina, Myanmar, Vietnam, Singapura, dan Thailand.
Pertemuan tersebut bertujuan untuk saling memperkuat pasar-pasar furniture di antara negara-negara ASEAN, sehingga diharapkan bisa saling mengisi pangsa pasar yang semakin terbuka lebar seperti saat ini menjelang diberlakukannnya AEC 2015.
Menurutnya lawan utama dalam bisnis furniture saat ini adalah bukan sesama negara ASEAN, melainkan negara China, dengan kemampuan teknologinya yang dapat membuat barang dalam jumlah besar dan harga kompetitif sehingga memiliki daya saing luar biasa.
“Maka sebelum AEC 2015 diberlakukan, melalui forum Asean Furnitur Industries Council (AFIC) penguatan kerjasama sangat penting dilakukan, untuk menghadapai gempuran prouk-produk China,” tuturnya.
Dia mengatakan Indonesia memiliki kelebihan sumber bahan baku yang sangat melimpah, sumberdaya manusia terlatih yang cukup banyak, namun karena Indoneia dengan jumlah penduduknya yang sangat banyak tentu menjadi market yang menggiurkan untuk digarap China degan produk-produknya yang harganya sangat kompetitif.
“Dari pada berjuang sendiri-sendiri antar negara ASEAN dalam menghadapi gempuran China, maka langkah terbaik adalah justru meningkatan kerjasam antar sesama pengusaha furniture se-ASEAN,” tutur Ketua Asean Furnitur Industries Council (AFIC) tersebut.
Sementara, Ketua Asmindo Jateng Anggoro Rahamadiputro mengatakan dalam gelaran ASEAN Furniture Industries Council, Trade and Investment Misssion itu diharapkan dapat menjadikan Jateng sebagai pusat furniture ASEAN.
“Jateng memiliki potensi yang cukup besar, mulai dari sumber bahan bakunya, sumber daya manusia terampil melimpah, serta sudah banyak lokasi sentra kerajinan mebel di Jateng, seperti di Jepara, Solo, Semarang, dan lainnnya,” tuturnya.
Menurutnya dari sekitar 1.600 pengerajin mebel di Jateng, mayoritas telah melakukan ekspor kepada sejumlah negara, seperti ke Amerika, Eropa dan Timur Tengah. “Mimpi kita memang ingin menjadikan Jateng sebagai pusat mebel ASEAN,” tuturnya. (dot)