BISNIS.COM, JAKARTA-Kepala Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (BPP SPAM) Rahmat Karnadi mengungkapkan operator air minum di Jakarta lebih memilih membayar sanksi ketimbang memperbaiki kebocoran pipa.
Tingginya angka kebocoran pipa di Jakarta yang mendekati 50% disinyalir disebabkan oleh nilai investasi yang dikeluarkan untuk memperbaiki kebocoran jauh lebih besar ketimbang membayar sanksi akibat tidak memperbaiki kebocoran.
"Kesalahan dalam perjanjian, penaltinya tidak balance. Operator lebih milih bayar denda saja karena dendanya rendah. Dendanya harus dua kali lebih besar dari nilai investasi," ujar Rahmat di Jakarta, Rabu (20/3/2013).
Selain itu tantangan lain mengatasi kebocoran air di Jakarta ialah banyak pipa yang tertanam di bawah bangunan tinggi sehingga biaya memperbaiki kebocoran pasti akan besar.
Ia menegaskan dari pada menangani kebocoran, adalah lebih baik mengganti seluruh pipa itu dengan jaringan baru.
Menurutnya pengelolah air minum di Jakarta belum mampu memberikan pelayanan air yang merata karena lebih mengedepankan sisi bisnis. Ia menjelaskan operator swasta bidang air minum di Jakarta lebih mengedepankan menambah pelanggan dari kalangan industri karena industri membayar paling mahal.
"Ada lima kelas tarif air di Jakarta, ada yang Rp1.000, Rp3.000, Rp4.000, Rp6.000 dan industri yang membayar Rp12.000," paparnya. (faa)