Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PENGELOLAAN HUTAN: RAPP berhasil cegah emisi gas rumah kaca

PEKANBARU: PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) dinilai berhasil mencegah emisi gas rumah kaca melalui pengelolaan hutannya, baik dari operasional di lahan mineral maupun gambut sebesar 45—55%. Laporan tersebut disampaikan oleh IVL Swedish

PEKANBARU: PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) dinilai berhasil mencegah emisi gas rumah kaca melalui pengelolaan hutannya, baik dari operasional di lahan mineral maupun gambut sebesar 45—55%.

Laporan tersebut disampaikan oleh IVL Swedish Environmental Research Institute, konsultan internasional dari Swedia yang telah membantu RAPP menghitung jejak karbon (carbon footprint) dalam proses produksi pulp dan kertas selama 2006—2009.

Direktur Sustainable Organization, Product and Processes IVL Elin Eriksson menjelaskan kontribusi utama pencegahan emisi tersebut berasal dari pengelolaan tanaman pokok dan komitmen pengelolaan kawasan lindung, serta tanaman unggulan di dalam areal konsesi.

“Pengukuran jejak karbon sudah menjadi sesuatu yang umum di banyak negara di Eropa karena konsumen ingin mengetahui berapa besar karbon yang diemisi ke atmosfer dalam proses pembuatan produk yang mereka konsumsi,” ujarnya, hari ini (13/3).

Menurutnya, informasi jejak karbon tersebut sangat penting bagi pelanggan dan calon pembeli produk RAPP di Eropa dan negara-negara lainnya, termasuk di Indonesia sendiri.

Dia menjelaskan pengukuran jejak karbon tersebut juga akan membantu perusahaan untuk melakukan efisiensi penggunaan energi dan pengelolaan sumber daya lainnya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, terutama emisi karbon.

“Ke depan, akan lebih banyak lagi konsumen yang menuntut informasi jejak karbon ini, termasuk konsumen produk pulp dan kertas,” katanya.

Direktur RAPP Mulia Nauli mengatakan inisiatif melakukan penghitungan jejak karbon tersebut merupakan bagian dari komitmen RAPP sebagai perusahaan yang memiliki komitmen terhadap lingkungan.

Menurutnya, hasil penghitungan tersebut sangat membantu perusahaan pulp dan kertas itu dalam melakukan upaya mitigasi emisi gas rumah kaca dalam keseluruhan proses produksinya.

Bukan hanya dari proses pengadaan bahan baku, jelasnya, tetapi sampai ke tahap akhir dari produk setelah tidak dimanfaatkan lagi (from cradle to grave), melalui efisiensi dan inovasi teknologi, baik di hutan tanaman maupun di millnya.

Dian Novarina, Sustainability Head RAPP menambahkan penghitungan jejak karbon dan kajian terkait penghitungannya bukanlah suatu proses yang statis. Dia menjelaskan dengan diperolehnya data dan informasi yang lebih akurat, serta diterapkannya inovasi teknologi untuk meningkatkan efisiensi proses produksi serat kayu, pulp dan kertas, dapat terus memperbaiki hasil penghitungan jejak karbon tersebut.

“Pengukuran jejak karbon ini membantu kami untuk melakukan perbaikan secara terus-menerus di semua lini dalam proses produksi kami untuk menjawab tantangan perubahan iklim dan mendukung komitmen pemerintah Indonesia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca,” ujarnya.

Selain RAPP, IVL Swedia telah membantu banyak perusahaan pulp dan kertas maupun perusahaan di sektor industri lainnya di Eropa maupun di Asia untuk menghitung jejak karbon perusahaan tersebut.

Carbon footprint atau jejak karbon adalah emisi gas rumah kaca yang dari aktivitas untuk menghasilkan suatu produk atau jasa. Penghitungan jejak karbon RAPP menggunakan metode dan panduan yang disebut Framework for the Development of Carbon Footprints for Paper and Board Products yang diterbitkan oleh CEPI (Confederation of European Paper Industries).

CEPI merupakan asosiasi perusahaan pulp dan kertas Eropa yang beranggotakan 18 negara, yang mewakili 800 perusahaan pulp dan kertas, 1.200 paper mills, dan 27% dari total produk dunia.

Berdasarkan kerangka CEPI, penghitungan jejak karbon mencakup 10 elemen yang terdiri dari penyerapan (sequestrasi) karbon di hutan-hutan, karbon yang tersimpan di produk hasil hutan, serta emis gas rumah kaca dari fasilitas pengolahan produk hasil hutan.

Selanjutnya, mencakup emisi gas rumah kaca yang terkait dengan proses produksi serat kayu, emisi gas rumah kaca yang terkait dengan proses produksi bahan mentah lainnya/bahan bakar, serta emisi gas rumah kaca yang terkait dengan pengadaan listrik, uap dan panas.

Kemudian, kerangka perhitungan jejak karbon juga mencakup emisi gas rumah kaca yang terkait dengan transportasi, emisi terkait dengan penggunaan produk, emisi terkait dengan akhir (end of life) dari produk, serta emisi yang dicegah (avoided) dan offset. (asd/nti)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Others
Sumber : Nurbaiti
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper