Insiden Kecelakaan di Bandung Air Show
Tanggal | Insiden |
Jumat, 24 Sept 2010 | Terbang terlalu rendah saat atraksi, Cessna Super Decathlon jatuh dan terbakar. Pilot meninggal 3 hari kemudian. |
Sabtu, 29 Sept 2012 | Terbang terlalu rendah saat atraksi, Bravo AS 202 jatuh dan terbakar. Pilot meninggal di tempat kejadian |
JAKARTA: Alih-alih menjadi hajatan rutin untuk memeriahkan hari jadi Kota Bandung, pameran dirgantara Bandung Air Show (BAS) kembali diwarnai kecelakaan tragis pesawat akrobatik (aero-akrobatik).
Bandung Air Show 2012 merupakan event kedua setelah digelar pertama kali pada 2010, yang waktu itu digelar sebagai momentum memperingati hari jadi kota Bandung ke-200 tahun.
Laman resmi Bandung Air Show 2012 menyebutkan pameran dirgantara tahun ini mengembang Visi "Bangkitnya Kota Bandung sebagai Kota Dirgantara Berskala Nasional dan Internasional."
Adapun misinya adalah "Meningkatkan potensi Kota Bandung pada tingkat nasional maupun internasional dari aspek perkembangan ilmu pengetahuan dan tekonologi, pendidikan, industri, pariwisata hingga olah raga kedirgantaraan."
Namun, pesan strategis dari program Bandung Air Show 2012 tersebut seolah kurang ditangkap masyarakat, karena mereka justru harus melihat kenyataan bahwa Bandung Air Show kembali merenggut putra-putra terbaik Indonesia karena menjadi korban kecelakaan pesawat aerobatik.
Tragedi BAS 2010
BAS 2012 digelar untuk meneruskan tradisi yang sudah dirintis 2 tahun silam saat Bandung memperingati hari jadinya yang ke-200.
Pameran dirgantara Bandung Air Show 2010 yang dijadwalkan berlangsung 23-26 September 2010, resmi dibuka Kamis 23 September 2010.
Rakyat dan pemerintah kota Bandung sangat antuias menyambut BAS 2010 sebagai tonggak untuk memperingati hari jadi Kota Bandung yang saat itu telah berumur 2 abad.
Namun, pada hari kedua pameran atau Jumat 24 September 2010, masyarakat Bandung harus berduka ketika pesawat Cessna Super Decathlon bernomor registrasi PK-NZP jatuh dan terbakar di landasan udara Hussein Sastranegara.
Alexander Supelli, Pilot senior PT Dirgantara Indonesia, yang mengawaki pesawaat naas itu menderita luka parah, namun sempat diselamatkan dan dilarikan ke rumah sakit.
Tiga hari kemudian, pilot senior PT DI itu akhirnya meninggal dunia dan Kota Bandung harus rela kehilangan salah satu putra terbaiknya.
Dua tahun kemudian, Bandung Air Show 2012 digelar dan hari ini (Sabtu 29/9/2012) merupakan hari k-3 pameran yang dijadwalkan digelar 27-30 September 2012.
Kecelakaan pesawat aerobatik Bravo AS 202 seolah membangunkan kenangan buruk warga Bandung dengan kejadian dua tahun silam.
Bandung kembali harus kehilangan salah satu putra terbaiknya ketika sang pilot Marsma TNI (Purn) Dr. Norman T. Lubis dinyatakan meninggal dunia di tempat kecelakaan, yang menghancurkan dan menghanguskan pesawat milik FASI (Federasi Aero Sport Indonesia) tersebut.
Berkaca dari dua insiden kecelakaan fatal dalam dua hajatan Bandung Air Show tersebut, sudah saatnya otoritas penerbangan di Tanah Air memberikan teguran keras mengenai kelanjutan acara Bandung Air Show pada masa mendatang.
Hal itu karena esensi dari pameran dirgantara bukanlah sekadar hiruk-pikuk penonton memadati pameran untuk menonton aerobatik.
Lebih dari itu, bagaimana pameran dirgantara itu dilirik investor untuk menggairahkan industri dirgantara nasional.
Dengan visi dan misi bergaung internasional, dua hajatan Bandung Air Show seolah malah membukakan mata dunia internasional mengenai 'jeroan' dunia dirgantara di Tanah Air. Bayangkan: Dua kali pameran dua kali pula terjadi kecelakaan fatal. (sut)