Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

HARGA BATUBARA: Terus turun dipicu melambatnya ekonomi Eropa dan China

JAKARTA: Harga batu bara terus mengalami penurunan akibat melambatnya ekonomi Eropa dan China, sebagai konsumen terbesar dunia. Meski begitu, Thamrin Sihite, Dirjen Mineral dan Batubara Kementerian ESDM mengatakan pengusaha masih aman, artinya belum

JAKARTA: Harga batu bara terus mengalami penurunan akibat melambatnya ekonomi Eropa dan China, sebagai konsumen terbesar dunia. Meski begitu, Thamrin Sihite, Dirjen Mineral dan Batubara Kementerian ESDM mengatakan pengusaha masih aman, artinya belum akan rugi.Menurutnya, para pengusaha diharapkan waspada untuk mengantisipasi penurunan di tahun 2013. “Untuk 2012 pendapatan negara kita harap masih terkontrol sesuai PNBP 2012  Rp 28,9 triliun. Kami yakin ini masih bisa tercapai. Bulan ini kalau nggak salah harga batubara acuan kita bulan Agustus US$ 84 per ton. Ini masih relatif baik. Pengusaha belum rugi,” katanya dalam presentasinya usai acara Halal Bihalal di Kantor Ditjen Minerba Kementerian ESDM, Rabu (29/8).Berdasarkan data Direktorat Jenderal Minerba Kementerian ESDM, pada Agustus 2012 Harga Batubara Acuan (HBA) mencapai US$ 84,65 per ton. Harga ini lebih rendah dibandingkan pada bulan sebelumnya sebesar US$ 87,56 per ton. Pemerintah memprediksikan kondisi ini akan mempengaruhi HBA tahun depan mengingat kisaran harga tahun ini pun dipengaruhi kondisi pada 2011."Faktor terus menurunnya harga batubara salah satunya adalah krisis ekonomi di Eropa, serta China dan India yang pertumbuhan ekonominya juga melambat. Melambatnya pertumbuhan ekonomi maka kebutuhan energinya juga berkurang.”Fluktuatifnya harga batubara merupakan hal biasa. Namun, semua pihak harus tetap waspada untuk setiap kemungkinan turun drastisnya harga batubara. Setidaknya, harus ada langkah pembenahan.  Thamrin memperkirakan, jika tidak ada kebijakan pembenahan, maka tahun 2013 merupakan puncaknya. “Saya perkirakan ini kalau terus menerus terjadi, paling parah tahun depan, jadi rasanya tunggu saja itu,” tambahnya.Dalam tiga bulan pada awal 2012, HBA lebih rendah dibanding periode yang sama pada tahun lalu. Tren penurunan HBA nampak tajam sejak November 2011 akibat berlebihnya produksi dalam negeri. Kalau pada 2011 harganya masih menyentuh kisaran di atas US$100 per ton tapi kini menurun sampai di bawah US$100, yakni angka terbawah selama 2 tahun terakhirSelain perekonomian dunia, salah satu yang menyebabkan turunnya harga batubara adalah kelebihan produksi. Selama Januari-Maret 2012 produksi batubara dalam negeri mencapai 102 juta ton. Bahkan jumlah ini melebihi produksi pada kurun waktu yang sama pada tahun lalu sebanyak 90 juta ton.Adapun rencana produksi batu bara Kementerian ESDM pada 2012 sekitar 332 juta ton, direncanakan untuk ekspor 250 juta ton dan domestik sekitar 82 juta ton. Sementara itu, realisasi produksi batu bara sampai Juli 2012 adalah sekitar 217 juta ton. Adapun untuk ekspor sekitar 171 juta ton, dan untuk keperluan domestik 54 juta ton.Cepatnya peningkatan produksi batubara selama 2012 lantaran makin banyaknya negara yang membangun pembangkit listrik berbahan bakar batubara. "Terkait pengendalian produksi batubara kita harus lihat dari berbagai aspek. Mengingat sekarang ini ada target penerimaan negara dari ekspor batubara itu."Menurutnya, yang harus dilakukan saat ini adalah membuat penerimaan negara dari ekspor batubara tidak menurun meski HBA-nya terus merosot. “Sekarang ini yang penting itu penerimaan tetap dan DMO harus terpenuhi untuk kepentingan nasional,” tambahnya.Sebelumnya, Bob Kamandanu, Ketua Umum Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI), mengatakan bahwa harga yang terus turun membuat banyak perusahaan pertambangan batu bara tidak lagi beroperasi. “Tapi bukan anggota kami, beberapa perusahaan tersebut tidak lagi beroperasi, ya karena harganya jelek,” ujarnya. Saat ini, kata Bob, harga batu bara hanya sekitar US$ 84 –US$ 88 per ton. Padahal, dibandingkan dengan harga batu bara enam bulan lalu yang bisa berada di atas US$ 100 per ton. “Pernah sampai titik US$ 84 per ton, harga terus turun,” tambahnya kemudian. Meski begitu, Bob memperkirakan pada kuartal IV akan ada rebound. Namun, harga tidak akan bisa sampai menyentuh harga US$ 100 per ton. “Sekitar US$ 90 per ton mungkin,” ucapnya. Menurut Bob, penjualan ke China juga sedikit bermasalah. Seperti diketahui, China merupakan salah satu tujuan ekspor batu bara Indonesia selain India, Korea Selatan, dan Jepang.(api)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Fajrin

Topik

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro