JAKARTA: Meski sepanjang semester I/2012 realisasi investasi langsung sudah mencapai 52% dari target pemerintah, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih menghadapi tantangan koreksi harga komoditas dan perlambatan pertumbuhan perdagangan dunia.Menteri Keuangan Agus D.W. Martowardojo mengungkapkan realisasi investasi langsung semester I/2012 yang mencapai Rp148,1 triliun atau 52% dari target investasi Rp283,5 triliun merupakan momentum investasi yang harus dijaga."Itu menunjukkan suatu kepercayaan dari investor ke Indonesia yang hal ini didukung oleh historis atau past performance yang baik dan keyakinan bahwa kita akan terus membaik ke depan," ujarnya di kantor Kemenkeu, Rabu (25/07/2012).Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal, realisasi investasi semester I/2012 ini meningkat 28,1% dibandingkan realisasi periode yang sama tahun lalu Rp115,6 triliun. Meningkatnya investasi di tengah kondisi perekonomian dunia yang penuh ketidakpastian, kata Menkeu, perlu disambut baik karena keputusan investasi merupakan keputusan investasi modal."Kita kan tahu di tahun 2013 nanti sumber-sumber pertumbuhan Indonesia itu dominan akan didorong oleh konsumsi domestik dan investasi. Ini cukup sejalan dengan apa yang kita rencanakan," kata Agus.Meski demikian, lanjutnya, pertumbuhan ekonomi masih menghadapi banyak faktor yang menekan, a.l. koreksi harga komoditas dan perlambatan pertumbuhan perdagangan dunia.Dana Moneter Internasional dalam laporan World Economic Outlook yang dipublikasi pada Juli 2012, merevisi pertumbuhan volume perdagangan barang dan jasa dunia dari 4,1% menjadi 3,8% pada 2012. Dalam 3 bulan, lembaga keuangan internasional itu mereduksi turun proyeksi pertumbuhan volume perdagangan dunia sebesar 0,3%."Ini yang cukup mengkhawatirkan kita. Jadi langkah-langkah meneruskan reformasi struktural dan terus memperbaiki iklim ekonomi di Indonesia terus harus kita lakukan," ujarnya.Jon D. Lindborg, Country Director ADB di Indonesia, mengatakan di tengah gejolak ekonomi global, Indonesia harus berkompetisi untuk menarik investasi. Pasalnya, investor global menjadi lebih selektif dan cenderung menghindari risiko."Jadi ini bukan waktu untuk berpuas diri dan take investors for granted," tegasnya dalam surat elektronik kepada Bisnis. (arh)