JAKARTA: Pemerintah menegaskan akan memanfaatkan pembiayaan nonutang untuk mengantisipasi risiko pelebaran defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2012 akibat gejolak eksternal dan pembengkakan subsidi BBM.Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan Rahmat Waluyanto mengatakan ketidakpastian penyelesaian krisis Eropa berdampak pada peningkatan imbal hasil dari penerbitan surat berharga negara.Berdasarkan catatan DJPU, selama 2 bulan terkahir terjadi kenaikan yield sebesar 40 basis poin."Ke depan yield akan naik karena pengaruh berbagai faktor global dan ekspektasi inflasi yang meningkat. Tapi tidak ada faktor risiko yang menurut saya harus diperhatikan," ujarnya, Rabu, 30 Mei 2012.Rahmat menuturkan hingga Mei 2012, strategi menggenjot pembiayaan pada awal tahun (front loading strategy) berjalan dengan baik. "Front loading sudah 55%, jadi sudah aman deh, dari sisi pembiayaan tidak ada masalah," ungkapnya.Total realisasi penerbitan SBN, kata Rahmat, sudah mencapai 55% dari target bruto penerbitan surat berharga negara (SBN) yakni Rp271,66 triliun.
Apabila dikalkulasi, realisasi pembiayaan melalui penerbitan SBN mencapai sekitar Rp149,41 triliun.
Hari ini, pemerintah juga melelang Surat Berharga Syariah Negara Seri SDHI 2018 A melalui penempatan dana haji pada SBSN.
Obligasi ini bertenor 6 tahun dengan nilai nominal Rp2,5 triliun dan imbal hasil 6,06% per tahun (fixed coupon). (ra)
BACA JUGA:
Tender 3G molor, pemerintah bisa kena sanksi