Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

RI sulit tarik investasi komponen dari Eropa

JAKARTA: Gabungan Industri Alat-alat Mobil dan Motor Indonesia (Giamm) pesimistis Eropa akan melirik Indonesia sebagai basis produksi komponen mobil karena tingginya biaya logistik dan kuatnya dominasi Jepang menguasai industri tersebut di dalam negeri.Kondisi

JAKARTA: Gabungan Industri Alat-alat Mobil dan Motor Indonesia (Giamm) pesimistis Eropa akan melirik Indonesia sebagai basis produksi komponen mobil karena tingginya biaya logistik dan kuatnya dominasi Jepang menguasai industri tersebut di dalam negeri.Kondisi Indonesia dinilai sangat kontras ketika aliansi industri komponen Eropa dalam International Automotive Components Group (IAC) melihat Asean sebagai wilayah investasi yang paling potensial dikembangkan guna memperluas pasar komponen Eropa pada tahun depan.Ketua Umum Giamm Hadi Surjadipradja mengatakan pada tahun ini Eropa sempat menjajaki rencananya investasinya di Indonesia tapi kondisi di dalam negeri dinilai kurang cocok untuk pengembangan bisnis komponen eksterior dan interior kendaraan.“Biasanya kalau Eropa mau menjajaki investasi komponen pasti selalu melihat potensi Indonesia. Namun, investasi di sektor itu [komponen eksterior dan interior mobil] justru berisiko karena harga jualnya bisa jadi lebih besar mengingat logistic cost di Indonesia sangat tinggi dibandingkan di tempat lain di Asean,” papar Hadi kepada Bisnis hari ini.Ekspansi di AseanPenjelasan Hadi rupanya sejalan dengan langkah IAC yang memilih Malaysia dan Thailand melanjutkan ekspansinya di Asean pada tahun ini. Berdasarkan laporan Business Monitor International (BMI) yang dirilis pada November, IAC telah membentuk perusahaan patungan APM Automotive Holdings (APM) di Malaysia dan Thailand pada Oktober.APM menguasai 60% saham dalam kerja sama patungan dengan Malaysia dari sisi produksi di APMIAC Automotive System. Di Thailand, IAC juga menguasai 60% saham untuk pengembangan desain, rekayasa industri dan produksi.Dalam analisisnya, BMI menyebutkan kedua negara tersebut paling prospektif dari sisi pasar dan kenyamanan berinvestasi dibandingkan dengan negara-negara lain di Asean. Investor Eropa bahkan tak tertarik masuk Filipina karena negara itu dinilai tak memiliki kebijakan industri jangka panjang.“Meski demikian, pertumbuhan produksi kendaraan di Asean diprediksi tumbuh sekitar 8% pr tahun dalam 5 tahun mendatang. Thailand dan Malaysia sebesar 9% -- 10% per tahun,” jelas analisis itu.Dengan kerja sama itu, industri komponen Eropa di Thailand dan Malaysia akan fokus memproduksi komponen interior dan eksterior kepada OEM (original equipment manufacturers) untuk pasar domestik dan ekspor. Industri komponen Eropa di Asean cukup terkenal dengan beberapa mereknya seperti Bosch dan Akebono Brake. (bsi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Heri Faisal

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper