Bisnis.com, JAKARTA – Otoritas privasi Hong Kong tengah menyelidiki insiden kebocoran data yang memengaruhi sekitar 419.000 pelanggan Louis Vuitton.
Penyelidikan ini menyusul gelombang serangan siber yang mengguncang sejumlah pasar utama merek mewah tersebut dalam beberapa bulan terakhir.
Melansir Bloomberg, Selasa (22/7/2025), Kantor Komisaris Privasi untuk Data Pribadi (PCPD) mengungkapkan bahwa informasi pelanggan yang bocor mencakup nama, nomor paspor, tanggal lahir, alamat, alamat email, nomor telepon, hingga riwayat belanja dan preferensi produk.
Meski demikian, pihak Louis Vuitton Hong Kong menegaskan bahwa data pembayaran pelanggan tidak ikut terdampak.
”Basis data yang terkena dampak tidak berisi informasi pembayaran apa pun,” demikian pernyataan juru bicara Louis Vuitton seperti dikutip Bloomberg.
Dalam pernyataan resminya, PCPD menyatakan pihaknya tengah menyelidiki apakah terdapat keterlambatan dalam pelaporan insiden kepada otoritas terkait. Hingga kini, belum ada laporan atau keluhan resmi yang masuk dari publik.
Baca Juga
Kebocoran ini menyusul kejadian serupa yang terjadi awal bulan ini di Inggris dan Korea Selatan. Bahkan, Christian Dior Couture, merek lain di bawah naungan LVMH Moët Hennessy Louis Vuitton SE, mengalami pelanggaran data serupa pada Mei lalu.
Dari hasil penelusuran, kantor pusat Louis Vuitton di Prancis mendeteksi aktivitas mencurigakan pada sistem komputernya pada 13 Juni.
Pada 2 Juli, mereka menemukan bahwa pelanggan di Hong Kong ikut terdampak. Kantor cabang di Hong Kong diberi tahu di hari yang sama, namun laporan resmi baru dikirimkan ke otoritas setempat pada 17 Juli.
Pihak Louis Vuitton menyatakan bahwa mereka segera mengambil langkah mitigasi dengan dukungan tim keamanan siber dan kini sedang bekerja sama dengan regulator serta pelanggan terdampak untuk memperkuat perlindungan sistem mereka.
Sebelumnya, Louis Vuitton mengatakan ada pihak ketiga yang tidak berwenang telah mengakses sistem operasinya di Inggris, dan memperoleh data-data penting seperti nama, detail kontak, dan riwayat pembelian pelanggan.
“Meskipun kami tidak punya bukti bahwa data Anda telah disalahgunakan hingga saat ini, upaya phising, penipuan, atau penggunaan informasi Anda tanpa izin masih berpotensi terjadi.” Kata pihak Louis Vuitton dalam emailnya dilansir Cybernews, Senin (14/7/2025).
Merek tersebut sudah melaporkan ancaman siber ini pada otoritas terkait, termasuk Kantor Komisaris Informasi. Mereka juga sedang mengambil langkah-langkah untuk memperkuat keamanan sistemnya, dan menyatakan penyesalan atas ketidaknyamanan yang ditimbulkan pada pelanggan.