Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Apindo Cermati Dampak Tarif 0% Barang AS ke Indonesia

Apindo mengkaji dampak tarif 0% bagi produk-produk impor AS yang masuk ke Indonesia.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani memberikan paparan saat wawancara dengan Bisnis Indonesia di Jakarta, Jumat (10/11/2023)/Bisnis-Fanny Kusumawardhani
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani memberikan paparan saat wawancara dengan Bisnis Indonesia di Jakarta, Jumat (10/11/2023)/Bisnis-Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) akan mencermati dampak dari penerapan tarif 0% atau bebas bea masuk produk Amerika Serikat (AS) ke Indonesia.

Ketua Umum Apindo Shinta W. Kamdani mengatakan selama ini sebagian besar produk AS ke Indonesia memang dikenakan tarif rendah berkisar 0%—5%. 

“Meskipun demikian, Apindo akan melihat dan mendalami lagi dampaknya secara product by product dari hasil negosiasi yang ada,” kata Shinta dalam keterangan tertulis, dikutip Minggu (20/7/2025). 

Adapun, pengusaha sebelumnya memberikan masukkan kepada pemerintah yaitu mendorong skenario mutually beneficial melalui peningkatan impor komoditas strategis dari AS, seperti kapas, jagung, produk dairy, kedelai, dan crude oil

Langkah tersebut dirancang sebagai reciprocal arrangement yang menjawab kekhawatiran AS soal defisit perdagangan. 

Shinta menerangkan, dalam waktu dekat Apindo akan mengkonsolidasikan para pelaku usaha ekspor di lapangan yang terdampak untuk melakukan review sektoral terhadap dampak update kebijakan tarif ini.

Tak hanya itu, pelaku usaha saat ini tengah menyiapkan berbagai usulan mitigasi kepada pemerintah untuk memastikan transisi dan adaptasi industri berjalan efektif, termasuk mendorong peningkatan ekspor ke pasar non-tradisional serta percepatan agenda deregulasi nasional.

“Kami juga terus berkomunikasi dengan pemerintah yang saat ini masih merampungkan detail teknis dari kesepakatan tersebut. Sebagaimana diketahui, proses negosiasi dengan Pemerintah AS, khususnya di bawah kepemimpinan Presiden Trump, menuntut kewaspadaan tinggi karena kebijakan dapat berubah secara cepat dan sangat dipengaruhi oleh dinamika politik domestik AS,” tuturnya. 

Di samping itu, Shinta mengapresiasi upaya negosiasi pemerintah yang memberikan hasil yang jauh lebih baik dibandingkan proposal tarif awal sebesar 32%. Pihaknya berharap masih ada ruang untuk bisa bernegosiasi menjadi lebih rendah lagi.

Namun, apabila dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya, dengan update tarif saat ini posisi Indonesia menjadi relatif lebih kompetitif. 

Tarif Indonesia saat ini (19%) lebih rendah dibandingkan posisi Thailand (36%), Laos (40%), Malaysia (25%), dan Vietnam (20%), dengan ketentuan tambahan untuk transshipment). 

Menurut Shinta, hal ini menunjukkan bahwa Indonesia masih memiliki ruang untuk menjaga daya saing ekspornya, terutama pada produk ekspor kita seperti tekstil, alas kaki, furniture, hingga perikanan yang memiliki ketergantungan cukup tinggi terhadap pasar Amerika Serikat.

Namun demikian, sejumlah negara pesaing di kawasan saat ini masih dalam proses negosiasi dengan pemerintah AS. Karena itu, Apindo menilai perlu terus mencermati secara saksama posisi akhir kompetitor, yang bisa saja mengubah konstelasi persaingan kawasan dalam waktu dekat.

Lebih lanjut, Shinta juga menegaskan bahwa kemajuan diplomasi harus diiringi dengan pembenahan menyeluruh di dalam negeri. 

Sebab, daya saing ekspor Indonesia tidak hanya bergantung pada tarif, tetapi juga pada kepastian dan kemudahan berusaha, efisiensi logistik dan energi, serta kualitas regulasi dan infrastruktur yang menopang sektor industri. 

Dia menuturkan, reformasi struktural, khususnya bagi industri padat karya, menjadi sangat krusial untuk memastikan ketahanan usaha dan penciptaan lapangan kerja di tengah tekanan global yang terus berlangsung.

“Bagi kami, keberhasilan Indonesia dalam menavigasi tekanan tarif AS dan memanfaatkan peluang IEU–CEPA akan sangat bergantung pada kolaborasi lintas sektor,” pungkasnya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro