Bisnis.com, KARAWANG — Presiden Prabowo Subianto memperkirakan nilai tambah dari proyek ekosistem baterai kendaraan listrik terintegrasi konsorsium anak usaha CATL dan BUMN Indonesia bisa mencapai delapan kali nilai investasinya.
Hal itu disampaikan Prabowo saat meresmikan proyek ekosistem baterai kendaraan listrik hulu ke hilir itu di Kawasan Industri Karawang, Jawa Barat, Minggu (29/6/2025).
Proyek terintegrasi yang berlokasi di Karawang dan Halmahera Timur, Maluku Utara itu disebut menelan investasi sekitar US$5,9 miliar (atau Rp95,7 triliun sesuai kursi Jisdor BI 26 Juni 2025 Rp16.233 per dolar AS).
Prabowo menyebut nilai tambah yang dihasilkan dari mega proyek baterai listrik itu bisa delapan kalinya nilai investasi proyek, sehingga bisa sekitar US$48 miliar (Rp779 triliun sesuai kurs Jisdor BI 26 Juni 2025 Rp16.233 per dolar AS).
"Proyek ini terobosan dengan investasi US$5,9 miliar akan menghasilkan nilai US$48 miliar, diperkirakan 8 kali nilai tambahnya. Nilai tambah sebesar itu tidak hanya Maluku Utara yg dipercepat pembangunannya, provinsi lain akan menikmatinya, seluruh bangsa akan menikmatinya," tutur Prabowo di Karawang, Minggu (29/6/2025).
Selain menghasilkan nilai tambah, lanjut Prabowo, adanya ekosistem baterai listrik terintegrasi itu bisa mendorong adopsi kendaraan dengan energi terbarukan.
Baca Juga
Harapannya, hal itu bisa juga menghemat pengeluaran negara dalam bentuk subsidi bahan bakar dan listrik, serta impor bahan bakar. Nilainya yakni US$58 miliar per tahun (setara Rp941,5 triliun sesuai kurs Jisdor BI 26 Juni 2025 Rp16.233 per dolar AS).
"Kita akan hemat kurang lebih US$58 miliar tiap tahun. Menghemat dari subsidi bahan bakar dan listrik, dan impor bahan bakar dari luar. Saya optimis, 4-5 tahun lagi pembangunan akan dipercepat lagi," ungkapnya.
Untuk diketahui, proyek ekosistem baterai mobil listrik terintegrasi itu berada di Karawang, Jawa Barat, serta di Halmahera Timur, Maluku Utara. Sebagian besar proyek yang merupakan hulu pengolahan nikel termasuk smelter berada di Halmahera Timur, sedangkan pabrik baterainya berlokasi di Karawang.
Pabrik baterainya berada di Artha Industrial Hill, milik grup konglomerat Artha Graha yang dipimpin Tommy Winata, dan merupakan bagian dari Kawasan Industri Karawang, Jawa Barat.
Keseluruhan proyek baterai listrik hulu ke hilir ini merupakan milik konsorsium antara PT Aneka Tambang Tbk. atau Antam (ANTM), PT Indonesia Battery Corporation (IBC) dan anak usaha CATL yaitu CATL, Brunp and Lygend (CBL). Konsorsium membentuk perusahaan patungan yakni PT Contemporary Amperex Technology Indonesia Battery (CATIB).
Ekosistem baterai mobil listrik terintegrasi itu meliputi enam proyek industri dari hulu ke hilir. Ada lima proyek yang dikembangkan di Halmahera Timur, sedangkan satu berada di Karawang.
Sebagai bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN), proyek hilirisasi nikel dari hulu ke hilir ini menelan investasi sekitar Rp100 triliun. Proyek ini diperkirakan bisa menghasilkan daya sebesar 15 gigawatt per hour (GWh).