Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekap KTT Asean 2025: Deklarasi Kuala Lumpur, Isu Myanmar, hingga Surat Trump

Berikut ringkasan hasil dan isu penting yang dibahas dalam KTT Asean pada Senin (26/5/2025).
Aprianto Cahyo Nugroho,Lorenzo Anugrah Mahardhika
Selasa, 27 Mei 2025 | 08:30
Sidang Pleno (Plenary Session) Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asean ke-46 di Kuala Lumpur, Malaysia, Senin (26/5/2025). / dok Tim Media Presiden Prabowo Subianto
Sidang Pleno (Plenary Session) Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asean ke-46 di Kuala Lumpur, Malaysia, Senin (26/5/2025). / dok Tim Media Presiden Prabowo Subianto

Bisnis.com, JAKARTA - Negara-negara Asia Tenggara menggelar KTT Asean ke-46 di Kuala Lumpur dengan Malaysia sebagai ketua pada tahun ini.

Sebagai informasi, KTT Asean 2025 mengusung tema Inklusivitas dan Keberlanjutan. Presiden Prabowo Subianto telah tiba di Kuala Lumpur, Malaysia pada Minggu (25/5/2025).

Indonesia akan berpartisipasi dalam berbagai pertemuan di KTT Asean. Ada sejumlah isu yang dibahas mulai dari perkembangan kawasan regional Asean hingga persoalan ekonomi.

"KTT ini juga akan menyoroti perkembangan ekonomi hijau dan ekonomi digital sebagai upaya memperkuat kerja sama perdagangan antar negara di kawasan," tulis akun resmi presiden, Minggu (25/5/2025).

Adapun, berikut ringkasan hasil dan isu penting yang dibahas dalam KTT Asean pada Senin (26/5/2025):

Deklarasi Kuala Lumpur

Para pemimpin negara Asean secara resmi mengesahkan Deklarasi Kuala Lumpur dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Ke-46 Asean di Kuala Lumpur, Senin (26/5/2025).

Kuala Lumpur Declaration on Asean 2045: Our Shared Future atau Deklarasi Kuala Lumpur untuk Asean 2045: Masa Depan Kita Bersama ini menjadi landasan strategis baru yang akan membimbing arah pembangunan dan kerja sama kawasan hingga dua dekade mendatang.

Melansir Bernama, deklarasi ini menandai tonggak penting komitmen Asean dalam membangun komunitas regional yang lebih tangguh, inovatif, dinamis, serta berorientasi pada kepentingan rakyat. Ini sekaligus menjadi kelanjutan dari visi Asean 2025: Forging Ahead Together yang diadopsi pada 2015.

Dalam deklarasi tersebut, negara anggota Asean menegaskan kembali tekad bersama untuk memperkuat solidaritas kawasan, mendorong pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan, serta meningkatkan kapasitas kelembagaan guna menghadapi berbagai megatren global maupun regional di masa depan.

Dokumen ini juga menempatkan Asean sebagai episentrum pertumbuhan di kawasan Indo-Pasifik, dengan penekanan pada identitas bersama, solidaritas kawasan, dan akses ekonomi yang merata bagi seluruh warga.

“Kami menegaskan pentingnya meningkatkan ketahanan Asean dan mendorong respons kolektif yang efisien, efektif, dan inovatif terhadap tantangan kawasan dan global serta potensi guncangan di masa depan, demi menjamin masa depan Asean dan rakyatnya,” bunyi isi deklarasi tersebut.

Salah satu keputusan kunci dalam deklarasi ini adalah pengesahan resmi Asean Community Vision (ACV) 2045 beserta rencana strategisnya di empat pilar utama: Politik-Keamanan, Ekonomi, Sosial-Budaya, dan Konektivitas.

Para pemimpin juga menegaskan pentingnya reformasi untuk memperkuat kapasitas dan efektivitas kelembagaan Asean, termasuk peningkatan fungsi Sekretariat Asean.

Mereka juga sepakat untuk mengadopsi Initiative for Asean Integration (IAI) Work Plan V (2026–2030) pada KTT Asean ke-47 tahun depan, sebagai bagian dari langkah memperkecil kesenjangan pembangunan antarnegara anggota.

Krisis Myanmar

Para pemimpin negara-negara Asia Tenggara akan kembali mengupayakan terobosan diplomatik dalam konflik Myanmar serta mencari strategi dagang bersama menghadapi bayang-bayang tarif besar-besaran dari Presiden AS Donald Trump.

KTT Asean 2025 menjadi panggung bagi negosiasi sensitif seputar konflik berdarah di Myanmar dan ketegangan ekonomi global akibat kebijakan proteksionis Washington.

Melansir Reuters, Malaysia selaku pemegang keketuaan Asean tahun ini menegaskan komitmen untuk menjembatani dialog langsung antara junta militer Myanmar dan kelompok oposisi bersenjata. Adapun Malaysia mengangkat”Inclusivity and Sustainability” atau Inklusivitas dan Keberlanjutan sebagai tema KTT Asean tahun ini.

Setelah dua kali pertemuan mengenai konflik Myanmar pekan lalu, Menteri Luar Negeri Malaysia Mohamad Hasan mengatakan akan mengunjungi Myanmar bulan depan untuk mengupayakan kesepakatna.

"Perundingan ini perlu dilakukan berkali-kali agar kesepahaman dapat dibangun di antara masing-masing pihak," jelasnya.

Asean juga sedang menggodok usulan penunjukan utusan khusus tetap untuk Myanmar dengan masa tugas tiga tahun, demi memperkuat peran diplomasi kawasan yang selama ini terbentur kebuntuan.

Sejak menggulingkan pemerintahan sipil Aung San Suu Kyi pada 2021, junta Myanmar dikucilkan dari KTT Asean. Namun, upaya diplomatik terus berjalan, termasuk pertemuan tertutup Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim dengan Min Aung Hlaing di Bangkok bulan lalu yang diikuti dialog daring dengan pemerintahan bayangan Nasional Unity Government.

Halaman
  1. 1
  2. 2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper