Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Moody's Pangkas Peringkat Utang AS, Gedung Putih Meradang

Moody’s memangkas peringkat kredit AS karena kekhawatiran atas beban utang nasional yang terus membengkak hingga mencapai US$36 triliun.
Gedung-gedung di Manhattan terlihat dari puncak observatorium One Vanderbilt di Manhattan, New York City, AS, 14 April 2023./Reuters
Gedung-gedung di Manhattan terlihat dari puncak observatorium One Vanderbilt di Manhattan, New York City, AS, 14 April 2023./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA — Lembaga pemeringkat Moody’s memangkas peringkat kredit Amerika Serikat (AS) menjadi Aa1 memicu reaksi keras dari Gedung Putih dan orang-orang terdekat Trump.

Mengutip Reuters pada Senin (19/5/2025), keputusan Moody’s memicu reaksi keras dari lingkaran dekat Trump. Stephen Moore, mantan penasihat ekonomi senior Trump dan ekonom di Heritage Foundation, menyebut keputusan itu sebagai “keterlaluan.”

“Jika obligasi pemerintah yang didukung penuh oleh AS bukan lagi aset triple A, lalu apa lagi yang bisa disebut demikian?” sindir Moore.

Sementara itu, Direktur Komunikasi Gedung Putih Steven Cheung meluapkan kekesalannya lewat media sosial, menyasar ekonom Moody’s, Mark Zandi, yang disebutnya memiliki agenda politik anti-Trump.

Zandi sendiri menolak memberikan komentar. Ia merupakan kepala ekonom di Moody’s Analytics, sebuah lembaga riset ekonomi yang berdiri terpisah dari entitas pemeringkat Moody’s.

Sebelumnya, Moody's memangkas peringkat utang AS karena kekhawatiran atas beban utang nasional yang terus membengkak hingga mencapai US$36 triliun. Langkah ini berisiko menggagalkan ambisi Presiden Donald Trump untuk memangkas pajak dan bisa mengganggu stabilitas pasar global.

Moody’s pertama kali memberikan peringkat tertinggi Aaa kepada AS pada 1919, kini menjadi lembaga terakhir dari tiga pemeringkat utama yang akhirnya menurunkan status kredit negara adidaya tersebut.

Penurunan satu tingkat ke Aa1 dilakukan setelah Moody’s mengubah prospek fiskal AS pada 2023, menyusul pelebaran defisit dan kenaikan tajam dalam pembayaran bunga.

"Pemerintahan dan Kongres AS berturut-turut telah gagal menyepakati langkah-langkah untuk membalikkan tren defisit fiskal tahunan yang besar dan meningkatnya biaya bunga," kata Moody's saat mengubah prospeknya terhadap AS menjadi "stabil" dari "negatif." 

Sejak kembali kek Gedung Putih, Trump telah berjanji akan menyeimbangkan anggaran negara. Menteri Keuangan Scott Bessent juga menegaskan bahwa pemerintahan Trump menargetkan penurunan biaya pendanaan pemerintah AS.

Namun demikian, serangkaian upaya untuk meningkatkan penerimaan negara dan merampingkan pengeluaran belum cukup meyakinkan pasar.

Program pemangkasan belanja melalui Departemen Efisiensi Pemerintah, yang dipimpin oleh Elon Musk, belum menunjukkan hasil signifikan. Di sisi lain, strategi peningkatan pendapatan melalui kebijakan tarif justru memicu kekhawatiran akan perang dagang dan perlambatan ekonomi global—kondisi yang memperkeruh iklim pasar.

Jika dibiarkan, kekhawatiran tersebut berisiko memicu gejolak di pasar obligasi dan menyulitkan pemerintahan dalam merealisasikan agenda-agendanya.

Penurunan peringkat yang diumumkan setelah pasar tutup menyebabkan lonjakan imbal hasil obligasi Treasury. Para analis memperkirakan, hal ini akan membuat investor mengambil sikap lebih berhati-hati saat perdagangan dibuka kembali pada Senin.

“Pada dasarnya ini menambah bukti bahwa Amerika Serikat sedang tenggelam dalam utang. Kongres perlu menegakkan disiplin anggaran, entah dengan menambah pendapatan atau memangkas pengeluaran,” kata Darrell Duffie, profesor keuangan di Universitas Stanford dan mantan anggota dewan Moody’s.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper