Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah negara di Asia berupaya membeli lebih banyak minyak dan gas (migas) untuk menurunkan surplus perdagangan dengan Amerika Serikat (AS) dengan harapan dapat meringankan beban tarif di bawah bea masuk baru Presiden Donald Trump.
Banyak negara Asia yang memiliki surplus perdagangan besar dengan Amerika Serikat dan juga merupakan importir energi utama. Tarif Trump, yang telah dihentikan sebagian, telah mengguncang ekonomi dan pasar.
Berikut ini adalah beberapa langkah yang direncanakan negara-negara Asia untuk meningkatkan pembelian minyak dan gas AS:
Indonesia
Melansir Reuters pada Selasa (22/4/2025), Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyebut Indonesia akan mengusulkan peningkatan impor minyak mentah dan gas minyak cair (LPG) dari Amerika Serikat sekitar US$10 miliar sebagai bagian dari negosiasi tarifnya.
Bahlil mengatakan Kementerian ESDM merekomendasikan peningkatan kuota impor LPG untuk AS serta mengimpor lebih banyak minyak mentah AS untuk membantu mencapai target tersebut.
Pakistan
Pakistan sedang mempertimbangkan untuk mengimpor minyak mentah dari Amerika Serikat untuk pertama kalinya untuk mengimbangi ketidakseimbangan perdagangan yang memicu tarif AS yang lebih tinggi, menurut sumber pemerintah yang terlibat langsung dengan proposal tersebut dan seorang eksekutif kilang.
Seorang eksekutif kilang tersebut mengatakan bahwa idenya adalah untuk membeli minyak mentah AS yang setara dengan impor minyak dan produk olahan Pakistan saat ini, atau sekitar US$1 miliar minyak.
India
India sedang mempertimbangkan usulan untuk menghapuskan pajak impor gas alam cair (LNG) AS dalam upaya meningkatkan pembelian dan membantu memangkas surplus perdagangan dengan Washington, yang menjadi masalah utama bagi Presiden Donald Trump, menurut empat sumber pemerintah dan industri.
India juga berencana untuk mengakhiri pajak atas impor etana dan gas minyak cair (LPG) AS.
Pengimpor LNG terbesar di negara itu, GAIL India Ltd telah mengeluarkan tender untuk membeli hingga 26% saham dalam proyek LNG di Amerika Serikat yang dikombinasikan dengan kesepakatan impor gas selama 15 tahun.
Thailand
Thailand mengatakan bahwa pihaknya berencana untuk mengimpor lebih banyak LNG dan etana AS selama lima tahun ke depan.
Selain rencana yang ada untuk mengimpor 1 juta metrik ton LNG per tahun senilai $500 juta tahun depan sebagai bagian dari rencana 15 tahun yang dimulai pada tahun 2026 dengan total 15 juta ton, Thailand merencanakan kontrak lain untuk lebih dari 1 juta ton LNG AS selama lima tahun ke depan.
Thailand juga berencana mengimpor 400.000 ton etana AS senilai US$100 juta selama empat tahun ke depan, kata menteri keuangannya.