Bisnis.com, JAKARTA – Kekhawatiran akan lonjakan harga akibat kebijakan tarif terbaru Presiden Donald Trump mendorong sejumlah konsumen di Amerika Serikat (AS) untuk menimbun barang kebutuhan pokok dan barang tahan lama.
Melansir Reuters, Rabu (9/4/2025), Thomas Jennings, warga New Jersey, tampak sibuk mendorong kereta belanja di salah satu Walmart Supercenter. Ia membeli berbagai produk dua kali lipat lebih banyak dari biasanya, mulai dari jus, bumbu, hingga tepung dan makanan kaleng.
“Saya berusaha menyetok sebanyak mungkin sebelum tarif baru mulai berlaku Rabu ini,” ujarnya. Sebelumnya, ia juga membeli gula, tepung, dan air dalam jumlah besar di Costco.
Seiring meningkatnya kecemasan soal inflasi dan resesi, sejumlah warga seperti Jennings memilih bersiap-siap lebih awal. Menurut Tax Foundation, kebijakan tarif ini diperkirakan akan membebani masyarakat AS hingga US$3,1 triliun dalam 10 tahun, setara dengan tambahan pajak sekitar US$2.100 per rumah tangga pada 2025.
Saat sebagian warga memilih menunggu, beberapa lainnya khawatir gelombang kepanikan akan memicu krisis pasokan seperti masa pandemi.
Pendiri perusahaan rantai pasok GCG Manish Kapoor mengatakan pihaknya melihat fenomena yang mirip saat pandemi Covid-19, di mana masyarakat berbondong-bondong memborong barang dari rak-rak toko, baik karena butuh maupun karena panik.
Baca Juga
“Ini tidak sampai ke tingkat itu, tetapi orang-orang khawatir bahwa harga (barang) akan naik dan, Anda tahu, mari kita beli,” ungkapnya.
Angelo Barrio (55), mantan pekerja industri garmen, mengaku mulai menimbun barang kebutuhan sejak November lalu. Ia kini menyimpan enam kontainer besar berisi makanan kaleng di ruang bawah tanah berpendingin. Baru-baru ini, ia menambah stok pasta gigi, sabun, air mineral, dan beras.
“Di Walmart saya tambah dua botol minyak zaitun lagi, jadi sekarang saya punya 20 botol. Kita tidak pernah tahu berapa banyak yang akan dibutuhkan nanti,” katanya.
Barrio juga menyayangkan langkah keras AS terhadap China.
“Mereka dihukum tanpa alasan yang jelas. Saya bersyukur selama ini mereka bisa menyediakan produk dengan harga sangat terjangkau,” tuturnya.
Di Colorado, dealer Valley Subaru melaporkan lonjakan penjualan mobil sejak tarif 25% diberlakukan atas mobil impor penuh mulai 3 April.
manajer penjualan Valley Subaru Nic Chuenchit mengatakan pelanggan membicarakan dan menanyakan soal tarif kepada mereka.
“Banyak yang akhirnya memutuskan membeli sekarang daripada nanti,” jelasnya.
Namun Chuenchit tetap optimistis bahwa penjualan mobil selalu ada, bahkan setelah resesi 2008 dan pandemi.
”Orang tetap akan beli mobil. Hanya saja, sekarang biayanya lebih mahal,” pungkasnya.