Bisnis.com, JAKARTA – Duta Besar Rusia untuk Indonesia Sergei Tolchenov mengatakan kerja sama pengembangan pembangkit listrik tenaga nuklir dengan Indonesia masih dalam tahap diskusi sambil menunggu perkembangan dari pemerintah.
Menurut Tolchenov, pihaknya masih menunggu perkembangan terbaru dari Indonesia terkait dengan pembentukan organisasi yang akan bertanggung jawab atas pengembangan pembangkit listrik tenaga nuklir.
“Kami menunggu perkembangan tersebut. Setelahnya, kami siap untuk memulai negosiasi resmi dengan Indonesia,” ungkapnya saat bertemu awak media, Kamis (13/3/2025).
Tolchenov mengatakan Rusia melalui perusahaan BUMN di bidang energi atom, Rosatom, memiliki pengalaman luas dalam berbagai jenis pembangkit listrik tenaga nuklir, baik di darat, reaktor modular kecil, hingga pembangkit listrik tenaga nuklir besar di berbagai lokasi, termasuk pulau-pulau terpencil.
“Kami ingin memahami apa yang dibutuhkan Indonesia. Setelah itu, kami siap berdiskusi dan menawarkan solusi yang sesuai,” jelas Tolchenov.
Selain pembangkit listrik, Rusia juga menawarkan kerja sama dalam pemanfaatan energi nuklir di berbagai bidang non-kelistrikan, seperti pangan, kesehatan, dan kedokteran.
Baca Juga
Namun, Tolchenov menegaskan bahwa kerja sama ini baru akan dibahas lebih lanjut setelah Indonesia menentukan institusi yang akan bertanggung jawab dalam bidang ini.
“Saya dan tim Rosatom telah berada di Indonesia sejak tahun lalu dan dalam posisi siap jika Indonesia menyatakan siap untuk bernegosiasi, kami dapat segera memulai pembicaraan,” pungkasnya.
Sebelumnya, Utusan Khusus Presiden Republik Indonesia Bidang Iklim dan Energi Hashim Djojohadikusumo mengungkap pemerintah Indonesia tengah mematangkan rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN).
Hashim menjelaskan, rencana itu muncul guna mendukung pasokan listrik RI. Dalam 5 tahun mendatang pemerintah mencanangkan untuk mendapat pasokan listrik mencapai 103 gigawatt (GW).
“Maka kemarin pembicaraan antara delegasi Rusia dan Pak Prabowo [Presiden Prabowo Subianto] dan tim itu juga termasuk nuklir. Kita mau bangun nuklir dan Rusia menawarkan salah satu proposal yang paling bagus,” jelas Hashim dalam agenda CNBC Economic Outlook 2025, Rabu (26/2/2025).
Hashim menjelaskan, rencananya PLTN itu bakal memasok sebanyak 4,3 GW listrik. Namun demikian, saat ini rencana tersebut masih terus dalam tahap pembicaraan.
Untuk memenuhi target mendapat pasokan listrik hingga 103 GW, nantinya pemerintah juga membidik sebesar 75 GW bakal berasal dari energi bersih, 4,3 GW berasal dari PLTN, dan terakhir sebesar 20 GW berasal dari gas.
“Jadi ini kita harapkan dari pelaku-pelaku seperti BP, Exxon, mudah-mudahan dari Jepang, Inpex, dan lain-lain bisa menghasilkan. Kalau tidak salah ENI dari Itali, dari Mubadala, Mubadala Energy [juga ikut berkontribusi]. Jadi ini 103 gigawatt [tercapai],” pungkasnya.