Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ramai PHK, Keyakinan Masyarakat akan Lapangan Kerja Menurun

Indeks Ketersediaan Lapangan kerja saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu mengalami penurunan.
Ilustrasi perusahaan rintisan (startup) melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK)/Dice Insights
Ilustrasi perusahaan rintisan (startup) melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK)/Dice Insights

Bisnis.com, JAKARTA — Di tengah ramainya isu Pemutusan Hubungan Kerja alias PHK, survei Bank Indonesia menunjukkan bahwa optimisme konsumen turun, utamanya akibat Indeks Ketersediaan maupun Ekspektasi Lapangan Kerja menurun pada Februari 2025. 

Indeks Ketersediaan Lapangan kerja saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu, turun 1,5 poin menjadi sebesar 106,2 pada Februari. Sementara Indeks Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja untuk enam bulan yang akan datang tercatat mengalami penurunan paling dalam sebesar 2,8 poin menjadi 134,2. 

Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai seharusnya menjelang waktu Ramadan, konsumen melakukan belanja lebih banyak. 

“Tapi sekarang ini kecenderungannya kalau ada penurunan keyakinan konsumen, berarti harus dilakukan mitigasi karena adanya tekanan dari sisi PHK yang berlanjut,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (11/3/2025). 

Bhima melihat penurunkan optimisme akan ketersediaan lapangan kerja karena PHK merupakan imbas dari efisiensi belanja pemerintah yang terdampak juga banyak, termasuk nasib CPNS yang diundur pengangkatannya. 

Di sisi lain, masih tingginya suku bunga perbankan meski suku bunga acuan atau BI Rate sudah turun, menahan konsumsi masyarakat. 

Sementara pemerintah pun telah menyetop stimulus berupa diskon tarif listrik sebesar 50% untuk pelanggan di bawah 2.200 volt ampere yang berakhir pada Februari 2025. 

“Itu yang keliatan dari penurunan IKK ini. Bahwa masyarakat mengalami kekhawatiran dan tekanan daya beli. Ini harus segara direspons dengan menambah stimulus pemerintah lagi dan harus lebih hati-hati melakukan efisiensi belanja, agar tidak terimbas daya beli masyarakat secara umum,” jelas Bhima. 

Lain kesempatan, Ekonom PT Bank Danamon Indonesia Tbk. (BDMN) Hosianna Evalita Situmorang melihat untuk meningkatkan kembali optimisme konsumen terhadap ketersediaan lapangan kerja, pemerintah perlu melakukan beberapa langkah. 

Pertama, meningkatkan investasi dan ekspansi usaha. Dorongan terhadap investasi, baik dari dalam maupun luar negeri, dapat menciptakan lebih banyak peluang kerja. Kebijakan yang mendukung iklim investasi dan kemudahan berusaha juga akan membantu.

Kedua, mendorong sektor dengan potensi pertumbuhan tinggi. Sektor-sektor seperti manufaktur, digital economy, dan industri kreatif memiliki potensi besar dalam menyerap tenaga kerja. 

“Dukungan regulasi dan insentif di sektor ini bisa meningkatkan kepercayaan konsumen,” ujarnya. 

Ketiga, meningkatkan program upskilling dan reskilling. Hosianna memandang dengan dinamika pasar kerja yang terus berubah, program pelatihan untuk meningkatkan keterampilan tenaga kerja sangat penting. 

Harapannya, hal ini akan memberi sinyal positif bahwa ada kesiapan tenaga kerja untuk memasuki pasar kerja baru.

Keempat, dampak positif program Makan Siang Bergizi Gratis (MBG) diharapkan meningkatkan daya beli masyarakat dan perputaran ekonomi, khususnya di sektor pangan dan UMKM. 

Dengan meningkatnya permintaan bahan pangan lokal dan industri makanan, program ini dapat menciptakan lapangan kerja baru serta meningkatkan optimisme konsumen terhadap prospek ketenagakerjaan.

Sebelumnya, Kepala Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso menyampaikan indeks tersebut tetap berada pada level optimistis. Indeks di atas 100 berarti optimistis dan di bawah 100 berarti pesimis. 

“Survei Konsumen Bank Indonesia pada Februari 2025 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi tetap kuat,” ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa (11/3/2025). 

Untuk diketahui, IKK menunjukkan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi mereka terhadap masa depan. 

IKK merupakan indikator yang dapat digunakan untuk memprediksi perkembangan konsumsi dan tabungan rumah tangga.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper