Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Stabilitas Keuangan Indonesia Meningkat, Ekonom Ungkap Kewajiban Neto PII Turun di Akhir 2024

Bank Indonesia melaporkan kewajiban neto PII pada akhir tahun lalu turun ke angka US$245,3 miliar.
Petugas di sekitar lokasi bongkar muat kontainer dari kapal di pelabuhan New Priok Container Terminal One (NPCT1), Tanjung Priok, Jakarta. / Bisnis-Himawan L Nugraha
Petugas di sekitar lokasi bongkar muat kontainer dari kapal di pelabuhan New Priok Container Terminal One (NPCT1), Tanjung Priok, Jakarta. / Bisnis-Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom menilai stabilitas sistem keuangan Indonesia meningkat, yang tercermin dari menurunnya kewajiban neto Posisi Investasi Internasional (PII) pada akhir 2024 akibat meningkatnya aset saat terjadinya aliran modal asing yang keluar (outflow) dari pasar keuangan RI.

Bank Indonesia melaporkan kewajiban neto PII pada akhir tahun lalu turun ke angka US$245,3 miliar dari kuartal sebelumnya yang senilai US$270,4 miliar, serta lebih rendah dari akhir 2023 yang senilai US$257,9 miliar.

Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk. (BNLI) Josua Pardede melihat perbaikan ini didorong oleh kenaikan aset PII yang mencapai US$519,7 miliar akibat cadangan devisa naik signifikan. Sementara kewajiban PII turun menjadi US$790 miliar, yang menunjukkan bahwa Indonesia berhasil mengurangi liabilitas luar negeri, khususnya dalam investasi portofolio dan utang.

“Penurunan ini mencerminkan peningkatan stabilitas sistem keuangan karena berkurangnya ketergantungan terhadap pendanaan luar negeri,” ujarnya, Senin (10/3/2025).

Menurutnya, penurunan kewajiban investasi portofolio yang menurun dari US$294,6 miliar (kuartal III/2024) menjadi US$269,1 miliar (kuartal IV/2024) memang dapat mengurangi volatilitas pasar keuangan domestik akibat arus modal asing yang lebih stabil.

Penguatan cadangan devisa juga menjadi faktor kunci dalam menjaga ketahanan ekonomi dari potensi guncangan eksternal, seperti pelemahan rupiah maupun capital outflow.

Sayangnya, terdapat beberapa risiko yang perlu diwaspadai, yakni volatilitas arus modal asing patut menjadi perhatian karena penurunan investasi portofolio dapat mengindikasikan bahwa investor asing mulai menarik dana mereka dari pasar keuangan Indonesia.

“Jika tren ini berlanjut, hal ini dapat memberikan tekanan terhadap nilai tukar rupiah dan likuiditas di sektor keuangan,” lanjut Josua.

Selain itu, meskipun ada perbaikan dalam komponen PII, nyatanya utang luar negeri masih relatif tinggi, terutama dalam kategori investasi lainnya yang mencapai US$175,4 miliar, sehingga meningkatkan risiko pembiayaan jangka panjang.

Bukan hanya itu, faktor eksternal seperti kebijakan suku bunga The Fed dan European Central Bank (ECB), serta ketegangan geopolitik global, juga dapat berdampak terhadap arus modal ke Indonesia.

Dari sisi domestik, kebijakan fiskal pemerintahan baru di bawah Prabowo serta kinerja ekspor dan sektor manufaktur akan menjadi faktor penentu dalam menjaga stabilitas ekonomi.

“Oleh karena itu, meskipun laporan PII menunjukkan tanda-tanda perbaikan, pemerintah dan Bank Indonesia perlu terus memantau perkembangan global serta memastikan kebijakan moneter dan fiskal tetap adaptif dalam menjaga stabilitas sistem keuangan di tahun 2025,” tegasnya.

Sebelumnya, Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Ramdan Denny Prakoso menegaskan bank sentral senantiasa mencermati dinamika perekonomian global yang dapat memengaruhi prospek PII Indonesia dan terus memperkuat respons bauran kebijakan yang didukung sinergi kebijakan yang erat dengan Pemerintah dan otoritas terkait guna memperkuat ketahanan sektor eksternal.

“Bank Indonesia akan terus memantau potensi risiko terkait perkembangan kewajiban neto PII terhadap perekonomian Indonesia,” ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (10/3/2025).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper