Pendapat sedikit berbeda disampaikan Ekonom PT Bank Danamon Indonesia Tbk. (BDMN) Hosianna Evalita Situmorang. Dia tidak menampik bahwa AS dan China merupakan dua mitra perdagangan utama AS.
Hanya saja di tengah kebijakan proteksionisme AS, Hosianna meyakini akan lebih baik apabila Indonesia mendiversifikasi rantai nilainya.
Bagaimanapun, lanjutnya, ketidakpastian perdagangan dan tarif baru mendorong banyak perusahaan global untuk mencari alternatif di luar China dan AS sehingga membuka peluang bagi Indonesia untuk memperkuat posisinya dalam rantai pasok global.
Oleh sebab itu, Hosianna menggarisbawahi pentingnya memperluas pasar ekspor ke kawasan lain seperti Asia, Eropa, dan Timur Tengah agar mengurangi risiko ketergantungan pada satu negara tujuan ekspor seperti AS atau China.
Dia mendorong peningkatan kapasitas manufaktur dan hilirisasi agar produk ekspor memiliki nilai tambah lebih tinggi sebelum masuk pasar AS dan global.
"[Dan] mempercepat perjanjian perdagangan dengan mitra strategis guna memperluas akses pasar di luar AS," jelas Hosianna dalam keterangannya, Rabu (5/3/2025).
Di samping itu, Hosianna juga melihat potensi Indonesia tetap bisa banyak mengeskpor produk-produknya ke AS. Contohnya, pada periode pertama pemerintahan Trump (2017—2021), ekspor Indonesia ke AS justru tumbuh terutama untuk produk tekstil, alas kaki, dan elektronik.
"Dengan strategi yang tepat, Indonesia berpotensi tidak hanya mempertahankan pangsa pasarnya di AS tetapi juga memperkuat posisinya dalam rantai pasok global yang semakin terfragmentasi," tutupnya.