Bisnis.com, JAKARTA - Ketua Satuan Tugas (Satgas) Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional Bahlil Lahadalia menargetkan investasi untuk proyek hilirisasi mencapai US$618 miliar atau setara Rp10.157,5 triliun (asumsi kurs Rp16.436 per dolar AS).
Dia pun mengungkapkan bakal mengumpulkan investasi itu dengan pendekatan mandiri. Artinya, Indonesia tak akan bergantung pada investor asing.
"Kami memastikan hilirisasi memberikan nilai tambah bagi industri dan manfaat nyata bagi masyarakat. Pendekatan yang diterapkan lebih mandiri, mengandalkan sumber daya dalam negeri tanpa ketergantungan pada investor asing," kata Bahlil melalui akun Instagram resminya, @bahlillahadalia, Selasa (4/3/2025).
Pria yang juga menjabat menteri energi dan sumber daya mineral (ESDM) itu mengatakan teknologi dapat diperoleh dari luar. Namun, modal, bahan baku, dan pasar sepenuhnya berasal dari dalam negeri.
"Dengan strategi ini, hilirisasi menjadi langkah nyata menuju kemandirian ekonomi Indonesia," imbuhnya.
Dari target investasi US$618 miliar, pada tahap pertama, pemerintah telah menyepakati investasi pada 21 proyek hilirisasi dengan total investasi mencapai US$40 miliar atau setara Rp657,52 triliun.
Baca Juga
Bahlil menyebut proyek-proyek ini mencakup sektor energi, pertambangan, kelautan hingga pertanian. Dia mengatakan, proyek-proyek itu bertujuan menciptakan lapangan kerja serta memperkuat ketahanan ekonomi nasional.
Dalam kesempatan terpisah, Bahlil menjelaskan bahwa proyek pertama yang akan dilakukan adalah pembangunan kilang minyak mentah untuk ketahanan energi nasional.
Berdasarkan Perpres, Indonesia perlu menambah cadangan minyak hingga 30 hari dan salah satu opsi penyimpanan akan dibangun di Pulau Nipa.
Selain itu, dia melanjutkan bahwa pemerintah juga akan membangun refinery dengan kapasitas sekitar 500.000 barel yang akan menjadi salah satu yang terbesar di Indonesia. Ini bertujuan untuk memperkuat ketahanan energi nasional.
Tak hanya itu, pemerintah juga akan membangun proyek dimethyl ether (DME) berbahan baku batu bara berkalori rendah sebagai substitusi LPG impor. Selain sektor energi, proyek hilirisasi juga mencakup peningkatan nilai tambah komoditas seperti tembaga, nikel, dan bauksit hingga menjadi alumina.
Di sektor pertanian, perikanan, dan kehutanan, Bahlil menyebutkan bahwa juga telah disiapkan beberapa proyek yang akan mendukung ketahanan ekonomi nasional.
“Yang lain-lain saya pikir termasuk di dalamnya adalah meningkatkan nilai tambah pada proses tembaga, kemudian nikel dan juga bauksit untuk sampai dengan alumina,” kata Bahlil di kompleks Istana Kepresidenan, Senin (3/3/2025).