Bisnis.com, JAKARTA - Citigroup (C.N) secara keliru mengkreditkan dana sebesar US$81 triliun ke akun seorang nasabah sebelum akhirnya membalikkan transaksi beberapa jam kemudian.
Insiden mengungkap tantangan operasional yang masih membayangi bank raksasa tersebut.
Dikutip dari Reuters, Minggu (2/3/2025), kesalahan ini terjadi pada April tahun lalu dan luput dari dua pegawai yang memiliki otritas diproses keesokan harinya.
Menurut laporan yang mengutip sumber internal dan dua orang yang mengetahui kejadian tersebut, baru pada 1,5 jam setelah transaksi diproses, seorang karyawan ketiga berhasil mendeteksi kesalahan itu.
Disebut, tidak ada dana yang benar-benar keluar dari Citi. Bank ini segera melaporkan insiden tersebut ke Federal Reserve (The Fed) dan Office of the Comptroller of the Currency (OCC). "Detective controls" milik Citi dengan cepat mengidentifikasi kesalahan input antara dua akun buku besar, dan transaksi segera dibalikkan. "Insiden ini tidak berdampak pada bank maupun nasabah," ujar Citi dalam pernyataan email kepada Reuters.
Baca Juga
Menurut laporan internal, Citi mencatat 10 insiden serupa dengan nominal US$1 miliar atau lebih sepanjang tahun lalu, turun dari 13 kasus pada tahun sebelumnya. Meski demikian, Citi menolak berkomentar lebih lanjut terkait data tersebut.
Bulan lalu, CFO Citi Mark Mason menyatakan bahwa bank tengah meningkatkan investasi untuk memperbaiki masalah kepatuhan, termasuk terkait penalti regulasi atas manajemen risiko dan tata kelola data.
"Kami melihat perlunya investasi lebih besar dalam transformasi data, teknologi, dan peningkatan kualitas informasi yang keluar dari laporan regulasi kami," ujar Mason.
Sebagai catatan, pada Juli 2023, Citi didenda US$136 juta akibat progres yang dianggap lambat dalam mengatasi isu-isu ini, sementara pada 2020, bank ini harus membayar denda US$400 juta karena kegagalan manajemen risiko dan data.
Insiden ini disebut menjadi pengingat kuat bagi Citigroup akan pentingnya penguatan sistem kontrol internal, terutama di tengah pengawasan ketat regulator dan upaya memulihkan kepercayaan publik terhadap stabilitas operasional bank raksasa itu.