Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rencana IBC Masuk ke Kongsi Baterai Hyundai-LG Masih Terganjal

Rencana Indonesia Battery Corporation (IBC) mengakuisisi 5% saham PT Hyundai LG Indonesia (HLI) Green Power masih terkendala.
Peresmian ekosistem baterai dan kendaraan listrik Korea Selatan di Indonesia yang digelar di PT Hyundai LG Indonesia (HLI) Green Power, Karawang, Jawa Barat, Rabu (3/7/2024)/BPMI Setpres-Rusman
Peresmian ekosistem baterai dan kendaraan listrik Korea Selatan di Indonesia yang digelar di PT Hyundai LG Indonesia (HLI) Green Power, Karawang, Jawa Barat, Rabu (3/7/2024)/BPMI Setpres-Rusman

Bisnis.com, JAKARTA - Rencana Indonesia Battery Corporation (IBC) mengakuisisi 5% saham di pabrik sel baterai milik PT Hyundai LG Indonesia (HLI) Green Power di Karawang, Jawa Barat, hingga kini belum dapat terealisasi.

Direktur Utama IBC Toto Nugroho mengungkapkan rencana IBC masuk ke konsorsium LG Energy Solution (LGES) dan Hyundai Motor Group tersebut masih terganjal lantaran kelengkapan dokumen untuk valuasi perusahaan belum bisa terpenuhi. 

"Kenapa kami belum bisa eksekusi ini? Jadi dari sisi LGES-nya sendiri, dokumen-dokumen yang kita perlukan untuk valuasi dari perusahaan ini kami tidak diberikan secara utuh dari mereka sehingga kami tidak bisa melakukan masuk ke 5% kita di [proyek] Omega ini," jelas Toto dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi XII DPR RI, Senin (17/2/2025).

Toto juga mengklaim pihaknya pernah melakukan memorandum of understanding (MoU) dan head of agreement (HoA) untuk mengakuisisi 5% saham HLI Green Power.

"Jadi ini yang kami laporkan konsisten, kami akan terbuka saja, waktu itu yang kita rencanakan apa, terus realisasinya seperti apa," imbuh Toto.

Adapun, pabrik sel baterai mobil listrik milik konsorsium LG ES dan Hyundai Motor Group diresmikan Presiden ke-7 RI Joko Widodo pada Rabu (3/7/2024). Pabrik baterai ini merupakan yang pertama dan terbesar di Asia Tenggara.

Pembangunan pabrik baterai HLI Green Power akan terdiri atas dua fase dengan total investasi senilai US$3,2 miliar. Fase pertama yang baru diresmikan ini menelan investasi senilai US$1,2 miliar dengan kapasitas produksi sebesar 10 gigawatt hour (GWh). 

Sementara itu, fase kedua akan memiliki kapasitas sebesar 20 GWh dengan nilai investasi senilai US$2 miliar. Tahap kedua ini ditargetkan beroperasi komersial pada 2025.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper