Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah tahun ini berencana mengimpor 200.000 ton raw sugar atau gula kristal merah (GKM). Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi risiko fluktuasi harga gula konsumsi, utamanya jelang Ramadan dan Idulfitri, serta memperkuat stok cadangan pangan pemerintah (CPP).
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menyampaikan, total impor raw sugar 200.000 ton itu akan didatangkan tahun ini secara bertahap.
“Sekitar 200.000 ton raw sugar, datangnya tahun ini secara bertahap,” kata Arief dalam keterangan resminya, Kamis (13/2/2025).
Menurutnya, pengadaan raw sugar untuk stok CPP perlu dilakukan mengingat harga gula saat ini mulai bergerak naik dan kontribusinya terhadap inflasi sebesar 1,4%. Untuk itu, pemerintah membutuhkan tambahan berupa raw sugar yang nantinya akan diproses untuk CPP.
Selain itu, biaya raw sugar akan lebih murah jika proses gilingnya dilakukan bersamaan dengan panen tebu yang mulai terjadi pada April - Juni 2025.
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), Arief mengatakan, jumlah kabupaten/kota yang mengalami kenaikan harga gula bertambah hingga pekan pertama Februari 2025.
Baca Juga
Pada pekan ketiga Januari 2025, terdapat 118 kabupaten/kota yang mengalami kenaikan harga gula pasir. Jumlahnya bertambah menjadi 153 kabupaten/kota di pekan kelima Januari 2025.
Merujuk proyeksi neraca gula konsumsi per 21 Januari 2025, kebutuhan konsumsi bulanan di Maret 2025 diperkirakan meningkat lantaran bersamaan dengan momentum bulan Ramadan.
Pada bulan tersebut, Arief menyebut bahwa kebutuhan konsumsi bakal meningkat 13,39% atau menjadi 251.800 ton dibandingkan Februari 2025 sebesar 222.000 ton.
Sementara estimasi produksi gula kristal putih atau GKP akan mulai meningkat pada Mei 2025 di kisaran 166.000 ton. Lalu, Juni 2025 sebesar 392.000 ton dan Juli 2025 sebesar 555.000 ton.
Puncak panen raya GKP diperkirakan akan terjadi pada Agustus sebesar 621.000 ton. Dari itu, total kebutuhan konsumsi tahunan diproyeksikan mencapai 2,841 juta ton. Dengan demikian, jumlah 200.000 ton raw sugar di bawah kebutuhan konsumsi sebulan.
“Kita coba sesuaikan karena kita juga harus tahu harga gula dunia dan currency rate, itu jadi pertimbangan. Tetapi yang jelas pemerintah harus punya cadangan pangan dan itu harus dikuasai oleh BUMN,” jelasnya.
Di sisi lain, Arief menegaskan bahwa importasi dilakukan hanya untuk mengerek CPP, bukan karena produksi berkurang. Mengingat, stok gula dalam negeri masih cukup hingga 5 bulan ke depan.
“Jadi importasi bukan dalam bentuk GKP, tidak langsung begitu. Yang jadi catatan adalah importasi yang dilakukan ini hanya untuk CPP. Kita mau menaikkan stok level yang dipegang pemerintah,” tegasnya.
Per 12 Februari 2025, stok CPP dalam bentuk gula pasir mencapai 34.000 ton. Secara terperinci, sebanyak 22.000 ton dikelola oleh ID Food dan Perum Bulog 12.000 ton.
Dibandingkan dengan rerata kebutuhan konsumsi bulanan yang sekitar 235.000 ton per bulan, maka stok CPP gula berada di kisaran ketercukupan 14,47%.
Seiring adanya rencana tersebut, pemerintah berupaya agar harga di tingkat petani tidak jatuh. Apalagi, musim panen tebu akan dimulai pada April - Juni 2025.
“Jangan sampai petani harganya jatuh,” pungkasnya.