Bisnis.com, JAKARTA — Emiten migas Grup Bakrie PT Energi Mega Persada Tbk. (ENRG) mengajukan proposal perpanjangan kontrak blok Kangean PSC yang bakal berakhir pada 2030 mendatang.
Wakil Direktur Utama sekaligus CFO ENRG Edoardus Ardianto mengatakan perseroannya bakal menyelesaikan eksplorasi lapangan PTO akhir tahun ini untuk mengkaji prospek cadangan migas yang masih tersimpan di Blok Kangean PSC.
“Kita sudah melakukan proposal untuk perpanjangan di 2030 sehingga diharapkan dengan investasi yang akan kita lakukan di tahun ini akan memberikan tambahan cadangan jika prospek,” kata Edoardus saat webinar Indonesia Investment Education, Sabtu (14/12/2924).
Selain itu, Edoardus menambahkan, perseroannya juga berancana untuk melakukan investasi eksplorasi baru untuk 2 lapangan lainnya di Kangean sampai masa kontrak berakhir 2030 nanti.
Dengan demikian, dia berharap, produksi migas dari Blok Kangean PSC bisa dikerek lagi ke level kejayaannya di angka 160 juta standar kaki kubik per hari (MMscfd) sampai dengan 200 MMscfd.
Sementara itu, dia mengatakan, perseroannya bakal menjaga produksi migas dari Blok Kangean di level 60 MMscfd pada periode 2025 sampai dengan 2030, sebelum perpanjangan kontrak.
Baca Juga
“Dengan kita melakukan pengembangan di 3 wilayah baru di Kangean tersebut diharapkan akan selesai sebelum tahun 2030 pada saat nanti kita sudah mendapatkan perpanjangan kita sudah bisa mulai produksi,” kata dia.
Blok Kangean PSC menjadi salah satu aset tulang punggung produksi ENRG. Blok ini sempat mencatatkan produksi puncak di level 200 MMscfd sebelum akhirnya mengalami penurunan di rata-rata 60 MMscfd seperti saat ini.
ENRG memegang 75% hak partisipasi atau participating interest (PI) dari Blok Kangean sebagai operator. Sisa 25% PI dipegang oleh Japan Petroleum Exploration.
Blok Kangean memiliki luasan area mencapai 4.058 kilometer persegi yang tersebar tidak merata sepanjang kepuluan Kangean, sebelah timur pulau Madura dan arah utara pulau Bali.
Blok Kangean mencakup sejumlah temuan gas komersial meliputi lapangan Pagerungan, Terang, Sirasun dan Batu. Pada tahap awal, gas Pagerungan dikirim ke Surabaya pada 1994.
Selanjutnya gas dari lapangan Terang mulai produksi pada 2012, yang disusul dengan pengembangan lapangan Sirasun dan Batur yang mulai produksi pada 20219.
Sebelumnya, ENRG mencatatkan laba bersih sebesar US$51,27 juta atau sekitar Rp805,49 miliar (asumsi kurs Rp15.710 per dolar AS) sepanjang periode 9 bulan 2024.
Torehan laba bersih itu mengalami kenaikan 12% dari periode yang sama tahun sebelumnya di level US$45,69 juta atau sekitar Rp733,58 miliar.
Selain itu, net sales perseroan juga tumbuh 8% selama periode 9 bulanan ini ke level US$319,66 juta, lebih tinggi dari posisi tahun sebelumnya di level US$296,39 juta. Sementara EBITDA turut mencatatkan kenaikan sebesar 3% ke level US$180,53 juta.
Kendati demikian, ENRG masih membukukan akumulasi rugi atau defisit sebesar US$399,51 juta sampai akhir September 2024. Pencatatan akumulasi rugi itu relatif susut dari posisi periode yang sama tahun sebelumnya di angka US$450,79 juta.
Di sisi lain, Sucor Sekuritas memiliki pandangan yang positif untuk prospek kinerja keuangan dan saham ENRG. Sucor Sekuritas menyematkan rating buy untuk ENRG dengan target harga Rp720 per lembar.
Padahal, saham ENRG terkoreksi 3,17% pada penutupan perdangan akhir pekan ini ke level Rp244 per lembar. Kendati demikian, saham ENRG telah mengalami apresiasi 7.02% sejak awal tahun ini.
Research Analyst Sucor Sekuritas Andreas Yordan mengatakan pasar belum mengapresiasi saham ENRG sesuai dengan valuasi riil dari perseroan dan prospek kinerja keuangan dalam jangka panjang.
“Dari 2018 earnings negatif lalu earnings positif di 2019 sampai 2023 per tahunnya bisa tumbuh 25%, untuk earningsnya tumbuh 3 kali lipat,” kata Yordan dalam webinar yang sama.