Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. memproyeksikan bahwa Indonesia membutuhkan tambahan investasi senilai Rp7.500 triliun untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8% pada 2029.
Jumlah itu diperoleh berdasarkan simulasi pertumbuhan ekonomi Bank Mandiri yang menyatakan bahwa nilai PDB riil yang diperlukan pada 2029 mencapai Rp17.996 triliun, meningkat dari raihan PDB riil pada 2023 yang sebesar Rp12.031 triliun.
Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi mengungkapkan bahwa tujuh sektor utama diproyeksikan untuk menciptakan new money, antara lain hilirisasi tambang, energi, industri manufaktur, perdagangan, kesehatan, pertanian, hingga pariwisata.
“Indonesia membutuhkan kira-kira Rp7.500 triliun new money yang terus kita putar, sehingga akan ada output yang mendorong pendapatan, tambahan pendapatan terhadap perekonomian nasional,” katanya dalam Bisnis Indonesia Economic Outlook di Jakarta, Selasa (10/12/2024).
Lebih lanjut, secara kewilayahan, dia menilai bahwa produk domestik regional bruto (PDRB) juga akan meningkat. Pertumbuhan kredit diharapkan akan sejalan dengan strategi bisnis yang disiapkan oleh Bank Mandiri.
Namun demikian, Darmawan menggarisbawahi bahwa jumlah tersebut tak cukup apabila hanya mengandalkan kapasitas industri perbankan Tanah Air.
Baca Juga
Di samping adanya investasi asing langsung (foreign direct investment) hingga pemanfaatan jaringan bank global untuk menggaet investor masuk ke Indonesia, Bank Mandiri mengharapkan keterlibatan korporasi-korporasi besar, terutama di sektor riil.
“Yang kita lihat, proyeksi menuju 8% itu sangat mungkin, tetapi kita memang harus kerja keras untuk mewujudkan syarat-syarat yang memungkinkan perputaran ekonomi untuk bisa menghasilkan output yang bisa menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi,” tuturnya.
Pada kesempatan yang sama, Darmawan juga mengungkapkan strategi di balik laju pertumbuhan kredit dan simpanan perseroan yang melampaui torehan industri perbankan pada kuartal III/2024.
Bank Mandiri membukukan pertumbuhan kredit sebesar 22,1% secara tahunan atau year on year (yoy) hingga mencapai Rp1.590 triliun, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit industri yang berada pada kisaran 11% per September 2024.
Selain itu, pertumbuhan simpanan alias dana pihak ketiga (DPK) bank pelat merah ini mencapai 14,9% yoy dengan total nominal Rp1.667 triliun pada periode yang sama, sedangkan industri perbankan berada pada kisaran 7%.
“Kami memang ada penajaman-penajaman dan transformasi yang dilakukan sejak 2021 sehingga memang sejak Januari 2024 pertumbuhan kami tidak in line dengan pertumbuhan industri. Karena memang sumber pertumbuhannya dari ekosistem nasabah-nasabah wholesale,” jelasnya.
Menurutnya, eskalasi dari segmen nasabah tersebut mulai terjadi pada 2022 dan 2023, dan hasilnya dapat dilihat sejak awal 2024. Hal yang paling digarisbawahi Darmawan adalah meskipun portofolio kredit Bank Mandiri terbilang besar, rerata pertumbuhan yang dibukukan perseroan juga tinggi.