Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani mengungkapkan bahwa ExxonMobil Corporation berencana membangun kilang petrokimia dan fasilitas penyimpanan dan penangkapan karbon (carbon capture and storage/CCS) di Indonesia senilai US$15 miliar atau sekitar Rp239,25 triliun.
Dia menyebut bahwa komitmen British Petroleum (BP) yang akan menyuntikkan dana senilai US$7 miliar untuk proyek carbon capture utilization & storage/CCUS di Indonesia memantik ExxonMobil untuk berinvestasi.
“Mereka sampaikan kalau BP sudah berinvestasi komitmen US$7,1 miliar, maka mereka [ExxonMobil] akan berinvestasi sampai hingga US$15 miliar, itu juga juga sempat disampaikan oleh presiden direktur ExxonMobil Indonesia,” ujar Rosan usai mendampingi Presiden Prabowo Subianto menerima kunjungan dari 51 pengusaha asal luar negeri di Istana Negara, Selasa (3/12/2024).
Lebih lanjut, dia menekankan bahwa Presiden Direktur ExxonMobil Indonesia Carole Gall turut berkomitmen untuk berinvestasi CCS atau teknologi yang menangkap dan menyimpan kembali karbon dioksida (CO2) untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK).
“Itu juga disampaikan oleh Presiden Direktur Bu Carrol menyampaikan juga komitmennya dan angkanya juga cukup signifikan, tetapi kami akan go into detail dulu dari Kementerian Investasi, tetapi disampaikan bahwa mereka akan investasi di carbon capture juga,” pungkas Rosan.
Sebelumnya, raksasa migas asal Inggris, BP dan mitra strategisnya mengumumkan keputusan investasi akhir (final investment decision/FID) senilai US$7 miliar atau sekitar Rp111,3 triliun atas proyek Tangguh Ubadari, Carbon Capture Utilization & Storage/CCUS, dan Compression atau Tangguh UCC di Teluk Bintuni, Papua Barat.
Baca Juga
Cadangan gas dari proyek UCC ini sekitar 3 triliun kaki kubik (Tcf) dan direncanakan onstream pada 2028. Adapun, proyek UCC ini mencakup pengembangan lapangan gas Ubadari, peningkatan perolehan gas (EGR) melalui penangkapan, pemanfaatan, dan penyimpanan karbon (CCUS) di Lapangan Vorwata.
Selain itu, proyek tersebut juga mencakup pemasangan kompresor di darat serta memperluas dan memanfaatkan infrastruktur yang telah ada di fasilitas Tangguh LNG di Papua Barat.