Bisnis.com, JAKARTA - Porsi petani milenial di Tanah Air relatif sedikit dibandingkan dengan petani tua. Padahal, petani milenial, sebagai generasi muda yang paham teknologi, dapat meningkatkan produktivitas pertanian dengan cara yang inovatif guna mewujudkan mimpi swasembada pangan Presiden Prabowo Subianto.
Data sensus pertanian mengungkapkan jumlah petani milenial yang berusia di rentang 19–39 tahun mencapai 6,18 juta orang pada 2023. Proporsinya sekitar 21,93% dari total petani di Indonesia yang sebanyak 28,19 juta orang. Artinya sekitar 78% petani Indonesia yang ada saat ini didominasi oleh petani tua.
Mengacu Peraturan Menteri Pertanian RI Nomor 4 Tahun 2019 tentang Pedoman Gerakan Pembangunan Sumber Daya Manusia Pertanian Menuju Lumbung Pangan Dunia 2045, definisi dari petani milenial merupakan petani berusia 19 tahun-39 tahun, dan/atau petani yang adaptif terhadap teknologi digital.
Adapun, teknologi digital mencakup penggunaan alat dan mesin pertanian (alsintan) modern, penggunaan internet/telepon pintar/teknologi informasi, penggunaan drone, dan/atau penggunaan kecerdasan buatan.
Rayu Kementan
Sementara itu Kementerian Pertanian (Kementan) merayu lebih banyak anak muda untuk masuk sebagai petani milenial. Mentan Amran mengatakan petani milenial bisa mengantongi cuan hingga Rp10 juta per bulan.
Baca Juga
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menuturkan petani milenial yang terjun di sektor pertanian menjadi harapan baru bagi sektor ini, lantaran bisa meraup pendapatan hingga Rp10 juta per bulan.
Selain meraup cuan, Amran menyampaikan petani milenial juga menggunakan mesin pertanian berteknologi tinggi yang dihibahkan.
Berbekal dua hal ini, Kementan optimistis dapat menarik generasi milenial dan generasi Z untuk terjun di sektor pertanian.
“Kami bagikan mesin, dia gunakan. Karena milenial, generasi Z mau turun mana kala menguntungkan, minimal pendapatannya Rp10 juta per bulan,” kata Amran dikutip dari Instagram resmi Kementan, Minggu (24/11/2024).
Pasalnya, Amran menilai generasi milenial dan generasi Z akan lebih tertarik jika didorong dengan adanya pendapatan dan teknologi yang canggih.
“Tanpa 2 hal ini [pendapatan Rp10 juta dan teknologi yang tinggi], itu [milenial] tidak mungkin mau turun ke lapangan,” ungkapnya.
Sebelumnya, Kementan menggandeng pengusaha sekaligus Utusan Khusus Presiden Bidang Pembinaan Generasi Muda dan Pelaku Seni Raffi Ahmad untuk mendorong regenerasi petani milenial.
Langkah ini guna mewujudkan swasembada pangan dan memperkenalkan sektor pertanian sebagai peluang karier yang menarik bagi generasi muda.
Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono menyebut sektor pertanian memerlukan kontribusi anak muda karena mereka memiliki sifat inovatif, kreatif, dan kemampuan untuk beradaptasi dengan teknologi.
“Kami ingin mendorong kolaborasi untuk peningkatan produksi pangan. Kemudian meningkatkan minat generasi muda untuk terjun ke sektor pertanian,” kata Sudaryono.
Sudaryono menganggap Raffi Ahmad memiliki potensi besar untuk menginspirasi anak muda agar lebih tertarik dengan dunia pertanian.
Adapun, Kementan bakal segera membuat program kerja dengan Raffi Ahmad untuk meningkatkan peran generasi muda dalam pembangunan pertanian nasional, termasuk peningkatan ekspor komoditas pertanian dan hilirisasi industrialisasi hasil-hasil pertanian.
“Banyak anak muda yang sudah berhasil di dunia pertanian. Ini yang harus kita tekankan. Kita akan terus dorong agar sektor pertanian dapat menjadi pilihan karier yang menarik, bahkan menjanjikan,” ungkapnya.
Jawa Timur
Jika ditinjau dari wilayah, Jawa Timur menjadi wilayah dengan petani milenial umur 19–39 tahun terbanyak di Indonesia. Jumlah petani milenial di Jawa Timur mencapai 971.102 orang atau sekitar 15,71% dari keseluruhan petani milenial pada 2023.
Kemudian, provinsi dengan jumlah petani milenial umur 19–39 tahun terbanyak kedua dan ketiga adalah Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Jawa Barat dengan masing-masing sebanyak 625.807 orang (10,12%) dan 543.044 orang (8,78%).
Lalu, petani milenial dari Sumatera Utara mencapai 361.814 orang dan 340.436 pertanian milenial dari Sumatera Selatan.
Sementara itu, provinsi dengan jumlah petani milenial yang paling sedikit adalah DKI Jakarta, yakni mencapai 2.568 orang.
Selain petani milenial, Hasil Sensus Pertanian 2023 juga menunjukkan petani yang berumur lebih dari 39 tahun dan menggunakan teknologi digital sebanyak 10,59 juta orang (37,58%) dan petani yang berumur kurang dari 19 tahun dan menggunakan teknologi digital sebanyak 5.612 orang (0,02%).