Bisnis.com, JAKARTA - Nilai kurs mata uang Yen jatuh ke level terendah dalam tiga bulan sementara saham-saham Jepang naik pada perdagangan Senin (28/10/2024).
Hal ini didorong oleh investor yang mempertimbangkan implikasi dari Partai Demokrat Liberal atau LDP dan mitra koalisinya yang kehilangan mayoritas pada pemilihan umum yang digelar di negara tersebut.
Mengutip Bloomberg, nilai mata uang yen melemah sebanyak 0,6% terhadap dolar AS, sebelum memangkas sebagian pergerakannya. Catatan ini melanjutkan tren penurunan yen ke empat pekan beruntun. Hal ini sekali lagi meningkatkan risiko bahwa otoritas mungkin akan kembali memasuki pasar untuk melindungi yen.
Meskipun ketidakstabilan politik biasanya berdampak negatif terhadap ekuitas, masih ada kemungkinan bahwa Perdana Menteri Shigeru Ishiba dapat memperoleh dukungan yang cukup untuk tetap bertahan. Pelemahan yen juga cenderung mendukung pasar saham.
Indeks Nikkei 225 yang sarat teknologi dan indeks Topix dibuka sedikit lebih rendah sebelum dengan cepat berubah menjadi kenaikan masing-masing sebesar 1,5% dan 1,8%.
Dukungan untuk LDP dan mitranya Komeito tidak mencapai 233 kursi yang dibutuhkan untuk mendapatkan mayoritas di majelis rendah, menurut penghitungan lembaga penyiaran publik NHK. Survei yang dilakukan media lain menunjukkan hasil serupa.
“Hal ini dapat menciptakan masalah dalam proses legislatif – sebuah skenario yang mungkin bukan pertanda baik bagi yen dan Nikkei, setidaknya dalam jangka pendek,” kata Tim Waterer, kepalaCHief Market Analyst di KCM Trade yang berbasis di Sydney.
Adapun, yen sudah menjadi mata uang dengan kinerja terburuk di antara negara-negara Group of 10 (G10) pada tahun ini, setelah terdepresiasi lebih dari 7% terhadap greenback.
Sebagian besar kelemahan mata uang ini mencerminkan tingkat suku bunga yang sangat rendah di Jepang dibandingkan dengan Amerika Serikat dan negara-negara besar lainnya.
Kesenjangan yang lebar ini sepertinya tidak akan berubah secara signifikan dalam waktu dekat, dengan Bank of Japan diperkirakan akan mempertahankan suku bunga kebijakannya tidak berubah pada pertemuan yang berakhir pada hari Kamis.
Meskipun masih jauh dari titik nadir 161,95 yang dicatat pada bulan Juli, penurunan baru-baru ini mendorong pejabat tinggi mata uang Jepang Atsushi Mimura untuk memperingatkan pekan lalu bahwa dia mengamati pergerakan mata uang dengan rasa urgensi yang lebih tinggi.
“Pasar lebih memilih koalisi saat ini yang menang. Investor internasional hanya ingin melihat sektor korporasi terus melakukan restrukturisasi tanpa adanya gangguan politik," kata Gary Dugan, CEO Global CIO Office.
Saham-saham pertahanan mungkin akan terpukul karena menguatnya ekspektasi bahwa Ishiba – mantan menteri pertahanan – akan meningkatkan belanja keamanan, kata Chiyo Takatori, analis di Daiwa Securities, pekan lalu.
Namun, Nicholas Smith, ahli strategi di CLSA Securities Japan Co., mengatakan perlu diingat bahwa Ishiba awalnya mengatakan dia menginginkan pajak yang lebih tinggi.