Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jadi Negara Mitra, Vietnam Siap Bekerja Sama dengan BRICS

Vietnam yang resmi menjadi negara mitra BRICS menyatakan siap bersinergi dengan komunitas internasional untuk mewujudkan gagasan kerja sama pembangunan.
Para pemimpin negara-negara BRICS+ berfoto dalam KTT BRICS di Kazan, Rusia pada Kamis (24/10/2024). / Pool via Reuters-Maxim Shipenkov
Para pemimpin negara-negara BRICS+ berfoto dalam KTT BRICS di Kazan, Rusia pada Kamis (24/10/2024). / Pool via Reuters-Maxim Shipenkov

Bisnis.com, JAKARTA — Perdana Menteri Vietnam Pham Minh Chinh menyatakan pihaknya siap bekerja sama dengan negara-negara BRICS usai resmi menjadi negara mitra kelompok tersebut.

Hal tersebut dia ungkapkan ketika menghadiri pertemuan puncak kelompok tersebut untuk pertama kalinya pada pekan ini. Chinh juga mengadakan pertemuan dengan para pemimpin China dan Rusia. 

Sebelumnya, Vietnam dan tiga negara Asia Tenggara lain yakni Malaysia, Indonesia, dan Thailand telah resmi menjadi negara mitra (partner countries) BRICS. 

Mengutip Reuters pada Jumat (25/10/2024), Chinh tidak menyatakan secara eksplisit ketertarikan Vietnam untuk bergabung dengan kelompok tersebut, sebuah langkah yang dapat membawa negara Asia Tenggara yang dikuasai partai komunis itu lebih dekat dengan China dan Rusia, tetapi mungkin berdampak pada hubungan dengan Amerika Serikat.

"Chinh menegaskan Vietnam siap bekerja sama dengan negara-negara BRICS dan komunitas internasional untuk mewujudkan gagasan bekerja sama membangun dunia yang lebih baik untuk semua," kata pemerintah dikutip dari portal onlinenya pada hari Jumat.

Seorang pejabat Vietnam mengatakan kepada Reuters sebelum pertemuan puncak BRICS selama tiga hari di kota Kazan, Rusia yang berakhir kemarin, bahwa Vietnam tertarik untuk bergabung dengan blok tersebut, namun waktu dan ruang lingkup penerapannya tidak jelas.

Seorang pejabat dari negara BRICS mengatakan Vietnam telah menyatakan minatnya untuk menjadi mitra, yang merupakan sebuah langkah menuju kemungkinan keanggotaan.

Deklarasi akhir KTT tersebut mengatakan para anggota mendukung "modalitas Kategori Negara Mitra BRICS," tanpa menjelaskan lebih lanjut.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pada pertemuan puncak tersebut bahwa lebih dari 30 negara telah menyatakan minatnya untuk bergabung tetapi tidak jelas kondisinya.

Terlepas dari permohonan resmi apa pun, hubungan Vietnam dengan negara-negara BRICS sudah kuat: Rusia adalah pemasok senjata terbesar dalam sejarahnya dan Tiongkok adalah mitra ekonomi utama.

Chinh mengadakan pertemuan bilateral di Kazan dengan Putin dan pimpinan perusahaan tenaga nuklir Rusia Rosatom untuk meningkatkan kerja sama energi pada saat Vietnam sedang mempertimbangkan untuk melanjutkan program energi nuklirnya, kata pemerintah Vietnam.

Ia juga bertemu dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping dan hubungan kereta api antara kedua tetangga tersebut menjadi salah satu topik yang dibahas.

Hubungan Blok Barat dan BRICS

Pusat industri dan eksportir utama ke Amerika Serikat dan Eropa ini telah lama menerapkan kebijakan luar negeri yang seimbang yang bertujuan menjaga hubungan baik dengan semua kekuatan dunia.

Namun, kesetaraan jarak mungkin akan lebih sulit dipertahankan jika Vietnam secara resmi mengajukan permohonan untuk bergabung dengan BRICS. Hal ini mengingat BRICS adalah kelompok yang didominasi oleh China dan Rusia dan dipandang oleh beberapa pihak sebagai klub bagi negara-negara yang bersedia menantang tatanan global yang dianggap dipimpin oleh Barat.

BRICS merupakan singkatan dari Brazil, Russia, India, China dan South Africa. Kelompok ini telah berkembang menjadi sembilan anggota, ditambah tahun lalu Iran, Uni Emirat Arab, Ethiopia dan Mesir.

Banyak negara lain yang telah mengajukan permohonan, termasuk mitra regional Vietnam, Thailand, dan Malaysia.

Namun demikian, permohonan Vietnam mungkin akan mendapat tanggapan yang kurang baik dibandingkan permohonan lain di Washington setelah pemerintahan Biden menginvestasikan modal politik yang besar untuk meningkatkan hubungan tahun lalu.

Kedutaan Besar AS di Hanoi tidak membalas permintaan komentar. Negara-negara Barat tentu saja tidak akan senang dengan keputusan seperti itu, namun mereka juga tidak ingin ikut campur, kata seorang diplomat Barat yang berbasis di Hanoi.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper