Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kala Guyuran Stimulus Dinilai Tak Cukup Selamatkan China dari Jurang Deflasi

Guyuran stimulus ekonomi China masih belum meyakinkan para ekonom bahwa pemerintah telah melakukan cukup banyak hal untuk mengatasi deflasi.
Aprianto Cahyo Nugroho,Lorenzo Anugrah Mahardhika
Senin, 14 Oktober 2024 | 10:30
Bendera China berkibar dengan latar belakang gedung bertingkat yang ada di Hongkong, China. Bloomberg/ Paul Yeung
Bendera China berkibar dengan latar belakang gedung bertingkat yang ada di Hongkong, China. Bloomberg/ Paul Yeung

Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah China terus bergerak menggelontorkan stimulus untuk menopang pertumbuhan ekonomi, salah satunya dengan menjanjikan lebih banyak bantuan untuk sektor properti dan pemerintah daerah yang terlilit utang.

Namun guyuran stimulus ini masih belum meyakinkan para ekonom bahwa pemerintah telah melakukan cukup banyak hal untuk mengatasi deflasi.

Melansir Bloomberg, Senin (14/10/1024), dalam konferensi pers akhir pekan lalu, Menteri Keuangan China Lan Fo'an menahan diri untuk tidak menyebutkan nilai stimulus fiskal China seperti yang diharapkan para investor. Fo’an hanya memberi sinyal bahwa rinciannya akan muncul saat badan legislatif China mengadakan pertemuan dalam beberapa pekan mendatang.

Langkah-langkah dukungan yang dia umumkan, bagaimanapun, hanya memberikan sedikit indikasi bahwa pemerintah China merasa ada urgensi untuk meningkatkan konsumsi, yang oleh banyak ekonom dianggap penting untuk merefleksikan perekonomian.

Kepala ekonom China di BNP Paribas SA, Jacqueline Rong, mengatakan kebijakan pemerintah untuk menopang pertumbuhan konsumsi masyarakat terlihat cukup lemah.

“Masih terlalu dini untuk menyebut perubahan signifikan yang akan segera terjadi dalam tekanan deflasi atau penurunan pasar properti, yang merupakan dua masalah utama yang dihadapi oleh perekonomian China,” jelasnya seperti dikutip Bloomberg, Senin (14/10).

Menyoroti permintaan yang lesu, indeks harga konsumen atau inflasi serta harga di tingkat pabrik berada di bawah ekspektasi pada September 2024.

Data Biro Statistik Nasional (NBS) yang dirilis Minggu (13/10) mencatat indeks harga konsumen atau consumer price index (CPI) China tercatat naik ke level 0,4% apabila dibandingkan dengan September 2023. Catatan tersebut didukung oleh lonjakan harga sayuran segar. 

Meski demikian, perolehan tersebut turun dari angka Agustus 2024 sebesar 0,6%. Inflasi China juga berada di bawah perkiraan 0,6% dari survei para ekonom Bloomberg.

Sementara itu, inflasi inti naik 0,1% pada September, atau terendah sejak Februari 2021. Sementara itu, inflasi produsen turun selama 24 bulan berturut-turut, yakni pada level 2,8% secara year on year (yoy), sedikit lebih besar dari penurunan 2,6% yang diperkirakan para ekonom. 

Sebelum akhir pekan, para investor dan analis memperkirakan bahwa China akan mengerahkan stimulus fiskal baru sebesar 2 triliun yuan (US$283 miliar), termasuk potensi subsidi, voucher konsumsi, dan bantuan langsung tunai (BLT) untuk keluarga-keluarga yang memiliki anak.

Hal ini mungkin akan terjadi dalam beberapa minggu lagi: Tahun lalu, badan legislatif China Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional menggunakan pertemuan akhir Oktober untuk mengumumkan revisi anggaran dan obligasi tambahan.

Namun pernyataan Lan akhir pekan lalu mengindikasikan bahwa pemerintah merasa nyaman dengan arah ekonomi secara keseluruhan. Lan berjanji mengizinkan pemerintah daerah menggunakan dana obligasi khusus untuk membeli rumah-rumah yang tidak terjual dan menjanjikan upaya terbesar dalam beberapa tahun terakhir untuk meringankan beban utang pemerintah daerah, yang mana keduanya tidak akan memberikan dorongan jangka pendek untuk pertumbuhan.

Kepala ekonom China ING Bank N.V. Lynn Song memperkirakan langkah-langkah kebijakan fiskal pemerintah China yang diluncurkan saat ini butuh waktu lama untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 5% tahun ini,”

”Kecuali jika skala akhir stimulus fiskal jauh lebih besar daripada yang diperkirakan saat ini,” kata Lynn.

Lan juga mengisyaratkan adanya ruang untuk menerbitkan lebih banyak obligasi pemerintah dan pengeluaran pemerintah yang lebih besar. Langkah ini diperkirakan akan diumumkan ketika para pejabat pemerintah bertemu akhir bulan ini atau awal November.

Mengizinkan pemerintah daerah untuk menukar utang mereka dengan pinjaman yang lebih murah akan membebaskan uang untuk layanan publik dan mendorong pihak berwenang untuk membelanjakan lebih banyak.

Selain itu, menggunakan obligasi khusus untuk membeli apartemen yang tidak terjual dan mengubahnya menjadi perumahan sosial dapat membantu menstabilkan penurunan harga real estat sehingga memberi pemilik rumah rasa aman yang lebih besar.

Kementerian Keuangan tidak memberikan nilai pasti untuk kedua stimulus tersebut. Namun, Societe Generale SA mengatakan ini adalah beberapa langkah yang membuat para ekonom berpikir bahwa kali ini bisa berbeda setelah upaya-upaya stimulus sebelumnya goyah.

“Prospek untuk pemulihan dan reflasi yang berkelanjutan membaik, dengan peluang yang lebih baik untuk stabilisasi perumahan dan berkurangnya tekanan dari deleveraging pemerintah daerah,” ungkap Wei Yao dan Michelle Lam dari Societe Generale AS.

Sementara itu, Goldman Sachs Group Inc. meningkatkan perkiraan pertumbuhan ekononmi China tahun 2024 menjadi 4,9% dari perkiraan sebelumnya 4,7%. Peningkatan ini ditopang oleh stimulus terbaru pemerintah yang mengindikasikan bahwa China meningkatkan fokus pada ekonomi.

Goldman juga menaikkan proyeksi pertumbuhan tahun 2025 menjadi 4,7% dari 4,3%.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper