Bisnis.com, JAKARTA – Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba mengatakan bahwa ia tidak akan mengintervensi urusan kebijakan moneter Bank of Japan (BOJ) karena bank sentral Jepang tersebut diberi mandat untuk mencapai stabilitas harga.
Dalam konferensi pers dengan para pemimpin partai-partai besar menjelang pemilihan umum pada 27 Oktober, Ishiba mengatakan sangat penting untuk menghindari campur tangan pemerintah secara vokal dalam urusan kebijakan moneter.
“Apapun yang dikatakan oleh pemerintah, Bank of Japan membuat keputusan independen mengenai kebijakan. Saya percaya bahwa gubernur dan staf BOJ memiliki rasa tanggung jawab yang kuat untuk mencapai stabilitas harga,” ungkap Ishiba seperti dikutip Reuters, Sabtu (12/10/2024).
Ishiba juga mengatakan bahwa peningkatan konsumsi masyarakat adalah kunci untuk mencapai jalan keluar yang berkelanjutan dari deflasi. Dia juga menyerukan perlunya langkah-langkah untuk meningkatkan upah riil.
Mantan menteri pertahanan ini menjadi perdana menteri Jepang pada tanggal 1 Oktober setelah memenangkan pemilihan kepemimpinan Partai Demokrat Liberal (LDP) yang berkuasa.
Sehari setelah mengambil alih jabatan tersebut, Ishiba mengejutkan pasar dengan mengatakan bahwa ekonomi belum siap untuk kenaikan suku bunga lebih lanjut.
Baca Juga
Pernyataan ini berbanding terbalik dari dukungannya sebelumnya untuk BOJ yang telah mengurangi stimulus moneter ekstrim selama beberapa dekade terakhir.
Pernyataan yang mengejutkan ini mendorong yen melemah terhadap dolar AS dan menimbulkan keraguan baru mengenai seberapa agresifnya BOJ dalam menaikkan suku bunga.
Secara historis, jarang sekali pemimpin negara mengomentari secara langsung kebijakan suku bunga BOJ di depan umum, karena hal ini akan melanggar independensi bank sentral dalam menetapkan kebijakan moneter.
BOJ mengakhiri suku bunga negatif pada Maret dengan menaikkan suku bunga acuan jangka pendek menjadi 0,25% pada Juli dengan pandangan bahwa Jepang telah mencapai kemajuan untuk mencapai target inflasi 2%.
Gubernur BOJ Kazuo Ueda telah mengisyaratkan kesiapan bank untuk terus menaikkan suku bunga jika perkembangan ekonomi dan harga bergerak sesuai dengan perkiraannya.
Meskipun politik sepertinya tidak akan mengganggu rencana kenaikan suku bunga dalam jangka panjang, para analis mengatakan bahwa ketidakpastian mengenai sikap Ishiba terhadap kebijakan moneter dan hasil pemilihan umum pada tanggal 27 Oktober dapat mempersulit keputusan BOJ mengenai seberapa cepat menaikkan suku bunga.