Bisnis.com, JAKARTA - PT Pupuk Indonesia (Persero) optimistis bisa mencapai kenaikan produksi pupuk sebesar 2 juta ton untuk ikut mewujudkan ketahanan pangan nasional.
Direktur Utama Pupuk Indonesia Rahmad Pribadi mengatakan pupuk merupakan bagian penting untuk meningkatkan produktivitas tanaman pangan nasional. Adapun, isu swasembada pangan menjadi penting menyusul proyeksi kenaikan konsumsi beras serta pertambahan jumlah penduduk.
"Perusahaan dalam lima tahun ke depan membidik kenaikan produksi pupuk sebesar 2 juta ton," kata Rahmad dalam keterangannya, Kamis (10/10/2024).
Dia menjelaskan kebutuhan beras nasional diproyeksi tembus 37,9 juta ton pada 2045 dengan jumlah penduduk 324 juta orang. Kondisi sekarang, kebutuhan beras mencapai 30,9 juta ton untuk mencukupi 282 juta penduduk.
Rahmad menyebut swasembada pangan juga menjadi prioritas bagi pemerintahan selanjutnya.
Pupuk Indonesia telah menerapkan sejumlah strategi untuk memastikan ketersediaan dan keterjangkauan pupuk untuk petani. Dari sisi pasokan, perusahaan telah menerapkan digitalisasi secara end-to-end untuk pelaksanaan distribusi pupuk.
Baca Juga
Dia menjelaskan perusahaan menjalankan strategi Integrated Distribution and Outbound Logistic (Indogo), untuk memonitor pergerakan dan posisi stok pupuk mulai dari pabrik sampai kios.
“Jadi ini transparan dan menjadi inovasi dari Pupuk Indonesia untuk memastikan ketersediaan Pupuk,” ujarnya.
Sementara, untuk masalah keterjangkauan, tingginya harga pupuk bakal berdampak negatif ke produksi padi. Berdasarkan kalkulasinya, setiap kenaikan harga pupuk sebesar Rp1.000/kg mengakibatkan penurunan konsumsi urea sebesar 13 persen dan 14 persen pupuk NPK.
Selanjutnya, penurunan konsumsi pupuk tersebut bakal berdampak ke penurunan produktivitas tanaman pangan hingga 0,5 ton per hektare, serta penurunan pendapatan petani sekitar Rp3,1 juta per hektar.
Adapun, untuk menambah produksi, perusahaan menempuh strategi pembangunan pabrik pupuk baru maupun revitalisasi pabrik lama. Selain itu, perusahaan meningkatkan daya saing pupuk, serta meminimalisir biaya regulasi.
Rahmad menambahkan keterjangkauan harga pupuk tergantung pula pada harga bahan baku terutama gas. Dalam hal ini, dia memberikan apresiasi terhadap pemerintah yang telah menerapkan harga gas murah US$6 per MMBTU.
Di atas itu semua, Rahmad menyatakan ikhtiar menuju swasembada pangan tidak bisa hanya dari peran satu institusi, sehingga perlu kerja sama setiap kementerian/lembaga terkait.