Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menko Airlangga: Pertumbuhan Ekonomi RI Tidak Biasa Meski Stabil 5%, Kenapa?

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyebutkan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stabil pada level 5% tidak biasa. Ini alasannya.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memberikan paparan saat wawancara dengan redaksi Bisnis Indonesia di Jakarta, Senin (30/9/2024). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memberikan paparan saat wawancara dengan redaksi Bisnis Indonesia di Jakarta, Senin (30/9/2024). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan bahwa ekonomi Indonesia yang stabil di angka 5% merupakan pertumbuhan yang tidak biasa.

Airlangga membandingkan dengan kondisi ekonomi saat ini dan satu dekade lalu, terlihat jelas saat ini pertumbuhan ekonomi tidak biasa karena diiringi inflasi yang rendah. 

“Pertumbuhan kita ini menjadi pertumbuhan yang tidak biasa, karena inflasinya 2,1% [Agustus 2024]. Jadi, 2014 walaupun pertumbuhan bisa 5%, tapi inflasinya di 8,5%,” ungkapnya dalam Sarasehan Kadin bersama Menko Perekonomian di Menara Kadin, Rabu (2/10/2024). 

Melihat data historis, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2014 secara tahunan mencapai 5,01% dengan inflasi tahunan mencapai 8,36%. Bahkan pada 2013, pertumbuhan ekonomi di angka 5,56%, namun inflasi berada di level 8,38%. 

Mengacu data terbaru, tingkat inflasi mencapai 1,84% secara tahunan (year on year/YoY). Namun, terjadi deflasi 0,12% month to month (MtM) per September 2024. Sementara pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II/2024 sebesar 5,05%. 

Bukan hanya itu, Mantan Ketua Umum Partai Golkar tersebut juga membeberkan capaian dari 10 tahun pemerintah Joko Widodo (Jokowi) yang berhasil menurunkan suku bunga BI Rate ke posisi single digit, bahkan cukup rendah. 

“Baru dalam 10 tahun ini tingkat suku bunga bisa single digit. Sebelumnya Indonesia selalu antara 12% sampai 18%,” tuturnya. 

Melalui inflasi yang semakin rendah dan terkendali, pemerintah meyakini bank sentral dapat mendorong suku bunga BI Rate lebih rendah dari posisi saat ini yang sebesar 6%. Pasalnya, spread antara inflasi dan suku bunga masih relatif tinggi. 

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat suku bunga Bank Indonesia pernah mencapai 12,75% pada 2005. Kemudian suku bunga tersebut mulai melandai pada tahun-tahun berikutnya, namun tak pernah menuju ke bawah 5% selama masa kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). 

Suku bunga yang lebih rendah tercatat di angka 4,75% menjelang akhir 2016. Kemudian pada pemerintahan kedua Jokowi, suku bunga bahkan mencatatkan level terendah sebesar 3,5% pada 2021. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper