Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Staf Ahli Kemenkeu Jabarkan Arah Ekonomi Global di Bisnis Indonesia Financial Awards (BIFA) 2024

Tantangan ekonomi global yang dihadapi saat ini semakin kompleks dan tidak mudah dihadapi oleh negara manapun di dunia.
Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Jasa Keuangan dan Pasar Modal Ex-Officio Sekretaris Komite Stabilitas Sistem Keuangan Arief Wibisono (tengah) bersama dengan Presiden Komisaris Bisnis Indonesia Group Hariyadi B. Sukamdani (kanan) dan Presiden Direktur Lulu Terianto saat Bisnis Indonesia Financial Awards (BIFA) 2024 di Jakarta, Rabu (18/9/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Jasa Keuangan dan Pasar Modal Ex-Officio Sekretaris Komite Stabilitas Sistem Keuangan Arief Wibisono (tengah) bersama dengan Presiden Komisaris Bisnis Indonesia Group Hariyadi B. Sukamdani (kanan) dan Presiden Direktur Lulu Terianto saat Bisnis Indonesia Financial Awards (BIFA) 2024 di Jakarta, Rabu (18/9/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA -- Tantangan ekonomi global yang dihadapi saat ini semakin kompleks dan tidak mudah dihadapi oleh negara manapun di dunia, demikian disampaikan Arief Wibisono, Staf Ahli Bidang Jasa Keuangan dan Pasar Modal Kementerian Keuangan dalam Bisnis Indonesia Financial Awards (BIFA) 2024.

Arief menyoroti adanya fragmentasi ekonomi global dan volatilitas harga komoditas yang menjadi faktor luar negeri yang berada di luar kendali pemerintah.

"Fragmentasi ekonomi berlanjut dengan skala meningkat," jelas Arief, Rabu (18/9/2024).

Sebagai gambaran perekonomian dunia yang penuh volatilitas, Arief menyitir proyeksi Dana Moneter Internasional (IMF) yang memprediksi pertumbuhan ekonomi global pada 2024 sebesar 3,2%, sedikit lebih rendah dibandingkan tahun 2023 yang mencapai 3,3%. Menurutnya, beberapa negara utama dunia menunjukkan tren ekonomi yang berbeda-beda.

Perekonomian Amerika Serikat yang sebelumnya solid kini mulai mengalami pendinginan. The Fed diperkirakan akan melonggarkan kebijakan moneternya pada akhir tahun ini. Di sisi lain, Eropa mulai menunjukkan pemulihan meskipun masih terbatas yang ditunjukkan dengan inflasi lebih rendah yang diikuti dengan penurunan suku bunga.

Namun, di Tiongkok, perekonomian masih bergerak lambat, mendorong pemerintah setempat mengeluarkan berbagai stimulus untuk menjaga pertumbuhan. "Sementara Jepang menghadapi anomali ekonomi, dengan Bank of Japan (BOJ) menaikkan suku bunga di tengah inflasi dan upah yang tinggi," jelasnya.

Selain itu, Arief juga menyoroti dampak geopolitik global, khususnya perang Rusia-Ukraina yang sudah berlangsung hampir dua tahun, serta potensi eskalasi konflik di Timur Tengah. Menurutnya, kondisi ini turut mempengaruhi harga komoditas global. "Harga komoditas dunia menjadi sangat fluktuatif, terutama karena ketegangan geopolitik yang terus berlangsung," kata Arief.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper