Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indonesia Masih Impor 1 Juta Barel Minyak, Bahlil Bakal Lakukan Hal Ini

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menyebut masih besarnya impor minyak Indonesia menjadi tantangan besar bagi Indonesia.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia memberikan sambutan saat acara serah terima jabatan di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (19/8/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia memberikan sambutan saat acara serah terima jabatan di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (19/8/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan, Indonesia masih melalukan impor minyak mentah sebanyak 1 juta barel per hari (bph) untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Bahlil menuturkan, saat ini produksi minyak dalam negeri baru mencapai 600.000 barel per hari, sedangkan kebutuhan minyak menyentuh angka 1,6 juta barel.

“Tapi sekarang lifting hanya 600.000 dan konsumsi 1,6 juta. kita impor 900-1 juta. Ini tantangan besar menurut saya yang Indonesia harus lakukan ke depan,” kata Bahlil di acara Leaders Forum, Rabu (11/9/2024).

Selain minyak, Bahlil juga menyebut, Indonesia masih melakukan impor liquefied petroleum gas (LPG) untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal ini lantaran konsumsi LPG dalam negeri mencapai 7 juta ton, sedangkan industri dalam negeri hanya mampu memproduksi LPG 1,9 juta ton.

Maka dari itu, Bahlil mengatakan, pemerintah bakal melakukan tiga pendekatan untuk menekan impor minyak. Pertama, pemerintah bakal melakukan eksplorasi terhadap potensi sumur minyak baru.

Kedua, pemerintah bakal mengoptimalisasi sumur minyak yang ada. Karena 65% dari total lifting minyak dalam negeri dikuasai oleh Pertamina dan 26% oleh ExxonMobil. 

“Ketiga adalah kita sedang identifikasi untuk optimalkan sumur idle yang masih produktif. Nah, ini mungkin yang bisa kita lakukan,” ujarnya.

Sebelumnya, SKK Migas mengungkapkan realisasi lifting minyak dan gas bumi (migas) pada semester I/2024 masih di bawah target. 

Sampai dengan semester pertama tahun 2024, SKK Migas mencatat realisasi lifting minyak hanya mencapai 576.000 bph atau di bawah target APBN sebesar 635.000 bph.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menyampaikan, tidak tercapainya target lifting minyak pada semester 1/2024 ini dikarenakan masalah banjir yang terjadi di beberapa wilayah.

“Lifting minyak sampai dengan semester I, karena kita semester I mengalami gangguan banjir di mana-mana sehingga drilling praktis lebih dari satu bulan tidak bisa dilakukan sehingga ada beberapa keterlambatan kegiatan drilling,” kata Dwi dalam Konferensi Pers Kinerja Hulu Migas Semester I/2024, Jumat (19/7/2024).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper