Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Berkat Animasi, IR Songket Berhasil Bangkitkan Wastra Tradisi Melayu Deli

IR Songket telah memiliki hak paten atas motif Tembakau Deli, motif yang diciptakan Fani dari interpretasi atas sejarah dari buku karya John Anderson.
Pemilik usaha tenun Melayu Deli 'IR Songket' Wan Irfania Lubis di Deli Serdang menunjukkan inovasi terbaru songket ready to wear atau baju kombinasi tenun songket miliknya./Bisnis-Delfi
Pemilik usaha tenun Melayu Deli 'IR Songket' Wan Irfania Lubis di Deli Serdang menunjukkan inovasi terbaru songket ready to wear atau baju kombinasi tenun songket miliknya./Bisnis-Delfi

Bisnis.com, MEDAN – Sebagai tanah kelahiran suku dan budaya Melayu Deli, ornamen maupun ikon yang mencirikan budaya Kesultanan Melayu Deli terbilang amat minim terpampang di Kota Medan, selain pada dua bangunan yang masih megah berdiri hingga kini, yakni Istana Maimun dan Masjid Raya Al-Mashun.

Hal itu yang membuat Ibunda dari Wan Irfania Ramadhani Lubis yang masih keturunan Kesultanan Deli tergerak menghidupkan kembali peninggalan nenek moyangnya di Medan.

Ide mengembangkan tenun songket disebut Fani, sapaan akrab Wan Irfania, muncul setelah sang Ibu membuka album lama yang tersimpan di Istana Maimun.

“Waktu itu, Ibu saya melihat Sultan-Sultan terdahulu memakai songket. Dari situlah beliau memutuskan ingin membudayakan kembali songket Melayu,” tutur Fani beberapa waktu lalu.

Fani mengatakan bahwa orang tuanya sampai menjelajah sejumlah daerah di Sumatra Utara untuk mencari para pengrajin yang tak hanya mahir menenun, namun juga mampu mengajar orang lain menenun.

Fani sendiri mengaku dulu tak begitu tertarik dengan songket. Meski ikut membantu usah keluarganya semasa kuliah, lulusan program Animasi dari salah satu kampus swasta ternama di Jakarta ini sempat ngotot ingin bekerja di dunia industri dan menjadi pembuat film animasi. 

“Saya senang film animasi anak-anak, dan di Indonesia ini dulu belum ada film animasi untuk anak-anak. Makanya saya ingin terjun ke dunia itu,” ungkap Fani.

Kendati, Fani menyebut tak menyesali pilihannya untuk melanjutkan usaha songket sang ibunda. Dia justru menemukan kesenangan baru setelah ilmu yang dipelajari semasa kuliah bisa diterapkan dalam proses menenun.

Fani mengatakan, dia baru menyadari bahwa motif songket menyerupai titik-titik pixel pada gambar digital. Proses membuat motif yang diawali dengan menghitung benang secara manual, akhirnya memunculkan ide Fani untuk mengaplikasikan teknologi desain grafis.

"Soal hitungan benang, saya mulai tertarik karena rasanya, kok, bisa diterapkan ke Adobe Ilustrator (AI). Lalu, untuk sketsanya, bisa di Photoshop, nih, pikir saya. Di situ saya mulai senang karena merasa tertantang mengimplementasikannya ke AI," beber Fani.

Saat ini ada sekitar 20 penenun yang memproduksi songket untuk IR Songket. Dikatakan Fani, penggunaan teknologi digital dalam mendesain motif membuat waktu pembuatan selembar songket lebih efektif.

Tak hanya motif khas Melayu Deli seperti pucuk rebung dan tampuk manggis, teknologi desain grafis diakui Fani semakin membuatnya luwes berinovasi mengembangkan motif-motif kontemporer.

Fani menuturkan, dirinya berpedoman pada catatan perjalanan seorang petualang Inggris bernama John Anderson di Sumatra Timur pada 1826 dalam mengembangkan motif songketnya. Hal ini lantaran baginya songket adalah medium cerita atas suatu sejarah.

Lewat penggaliannya, IR Songket telah memiliki hak paten atas motif Tembakau Deli, motif yang diciptakannya dari interpretasi atas sejarah dari buku tersebut. Dengan pasar yang telah menyentuh Malaysia dan Singapura, omzet IR Songket rata-rata mencapai Rp50 juta per bulan.

“Omzet sebulan fluktuatif, sebenarnya. Pernah juga ada bulan-bulan di mana omzet hanya Rp10 juta, seperti missal saat akhir dan awal tahun di mana biasanya orang-orang belum banyak acara,” ungkapnya.

Dikatakan Fani, pangsa pasarnya semakin berkembang dengan beragam pameran dalam dan luar negeri yang diikutinya. Dia menyebut ada peran Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Sumut dalam hal ini. IR Songket sendiri merupakan salah satu UMKM yang menjadi mitra binaan KPw BI Sumut sejak 2015 lalu.

“Kami diberi enam unit ATBM (alat tenun bukan mesin) oleh BI. Diberi pelatihan juga. Bahkan sampai diajak ikut pameran ke Singapura dan New York tahun 2017 dan 2019 lalu. Tapi saya sendiri merasa sangat terbantu dengan kelas-kelas bimtek (bimbingan teknis) dan pameran itu karena menambah skill dan memperluas pasar kami,” terang Fani.

Rumah produksi IR Songket berada di Jalan Kutilang, Tembung, Deli Serdang. Kini, IR Songket tengah mengembangkan produk turunan songket yang ready to wear, yakni mengombinasikan kain songket dengan bahan baju agar wastra kebanggaan Melayu Deli tersebut tetap bisa dipakai sehari-hari. (K68)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Delfi Rismayeti
Editor : Ajijah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper