Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Geliat RI Sasar Kerja Sama Ekonomi lewat Indonesia-Africa Forum (IAF) Ke-2

Pemerintah diperkirakan meraih kerja sama ekonomi Indonesia-Afrika hingga US$3,5 miliar atau Rp54,3 triliun dalam gelaran Indonesia-Africa Forum (IAF) Ke-2.
Spanduk Indonesia-Africa Forum (IAF) terpampang di salah safu jalan di Bali, Sabtu (31/8/2024)./Bisnis-Aprianto Cahyo Nugroho
Spanduk Indonesia-Africa Forum (IAF) terpampang di salah safu jalan di Bali, Sabtu (31/8/2024)./Bisnis-Aprianto Cahyo Nugroho

Bisnis.com, BADUNG – Pemerintah diperkirakan mengamankan sejumlah kerja sama ekonomi dalam gelaran Indonesia-Africa Forum (IAF) Ke-2 yang berlangsung di Bali, 1-3 September 2024.

Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI mengungkapkan nilai kerja sama Indonesia-Afrika diperkirakan dapat tembus US$3,5 miliar atau setara dengan Rp54,3 triliun (asumsi kurs Rp15.532 per dolar AS) dalam penyelenggaraan IAF Ke-2. 

Penyelenggaraan IAF tahun ini merupakan forum kedua setelah pelaksanaan pertama pada 2018, yang menghasilkan kesepakatan senilai US$568 juta. Artinya, proyeksi nilai potensi kerja sama dalam forum kali ini naik enam kali lipat dari 2018 lalu.

Adapun, untuk tahun ini, IAF akan fokus pada sejumlah sektor pangan, energi, kesehatan, dan mineral. Terdapat kesepakatan dan kerja sama ekonomi antara Indonesia dan Afrika yang terus meningkat dari waktu ke waktu.

Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri RI, Abdul Kadir Jailani, mengatakan salah satu di antara kerja sama tersebut merupakan kesepakatan dalam hal pengelolaan panas bumi dan tenaga matahari.

"Dalam forum tahun ini, beberapa penguatan kerja sama ekonomi akan dilakukan dengan beberapa kesepakatan. Pertama, MoU pengembangan geothermal antara PLN dengan Tanesco, Tanzania," kata Kadir dalam Konferensi Pers Persiapan IAF 2024 dan HLF MSP, Minggu (1/9/2024).

Berdasarkan catatan Bisnis, kerja sama tersebut berupa pengembangan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) di Afrika Timur dengan Tanzania Electric Supplt Co Ltd (Tanesco). Kesepakatan ini dimulai sejak Januari 2024. 

Indonesia juga tengah membidik potensi kerja sama sektor energi di bidang mineral kritis dengan negara-negara Afrika dalam pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (EV).

Kadir mengatakan Indonesia tidak bisa hanya mengandalkan mineral berupa nikel saja dalam mengembangkan ekosistem baterai kendaraan listrik.

"Kita ketahui, at the same time bahwa critical mineral yang kita perlukan melampaui nikel, banyak hal lain dan di mana kita tahu bahwa beberapa negara Afrika juga memiliki potensi critical mineral," katanya.

Peluang kerja sama lain dengan Afrika ada pda sektor pangan, salah satunya melalui bisnis pupuk.

Direktur Afrika, Direktorat Jenderal Asia-Pasifik Afrika, Kementerian Luar Negeri RI, Dewi Justicia Meidiwaty mengatakan sejumlah perusahaan di negara-negara Afrika sudah mulai menjalin kolaborasi dengan beberapa perusahaan Indonesia untuk pemenuhan kebutuhan pupuk.

"Afrika sebagai potential market untuk non-tradisional kerja sama pupuk terkait dengan food security juga akan menjadi topik yang akan dibahas," kata Meidi.

Topik ketahanan pangan, termasuk ketersediaan pupuk dan potensi bisnis akan dikembangkan lebih lanjut dalam pertemuan di agenda IAF 2024. Terdapat beberapa MoU kerja sama yang akan ditandatangani dalam agenda tersebut. 

Investasi

Kadir mengatakan, semenjak melakukan strategi reorientasi yang baru, Indonesia kini melihat pasar Afrika sebagai area dengan peluang besar yang sudah waktunya dapat digarap secara optimal.

“Kita melakukan forum ini adalah untuk expand our market kepada market yang non konvensional, market yang bukan tradisional, itu yang perlu kita tempuh, yaitu negara-negara Afrika,” ujarnya dalam Konferensi Pers Persiapan IAF 2024 dan HLF MSP, Minggu (1/9/2024). 

Menurutnya, tidak hanya di bidang perdagangan, Indonesia juga memiliki aspirasi untuk memperluas perannya di bidang investasi, salah satunya melalui outbound investment (OI) atau penanaman investasi di luar negeri.

“Kita ketahui bahwa Indonesia hari ini bukan hanya negara penerima modal, tapi juga kita juga capital exporting country,” tuturnya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper