Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

’Uang Tunai’ Warren Buffett Melesat Jadi Rp4.480 Triliun usai Jual Saham Apple

Kas perusahaan milik Warren Buffett, Berkshire Hathaway melonjak menjadi sekitar Rp4.480 triliun usai menjual 50% saham Apple Inc. pada kuartal II/2024.
Warren Buffet/Reuters
Warren Buffet/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Kas perusahaan milik Warren Buffett, Berskshire Hathaway Inc., melonjak menjadi US276,9 miliar atau sekitar Rp4.480 triliun usai menjual saham Apple Inc. hingga hampir 50% pada kuartal II/2024.

Melansir Bloomberg, Senin (5/8/2024), Buffett melaporkan secara keseluruhan, Berkshire menjual saham senilai US$$75,5 miliar bersih pada periode tersebut. Pendapatan operasional Berkshire naik menjadi US$11,6 miliar dari US$10 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

Buffett melepas kepemilikan sahamnya saat indeks S&P 500 mencetak rekor tertinggi pada pertengahan Juli, meskipun indeks telah menurun dalam tiga minggu terakhir di tengah kekhawatiran bahwa euforia kecerdasan buatan (AI) berlebihan.

Analis Edward Jones Jim Shanahan mengatakan aksi jual saham oleh Warren Buffett ini bisa disimpulkan sebagai sinyal jual secara gambaran yang lebih besar.

"Ini adalah tingkat aktivitas penjualan yang jauh lebih tinggi daripada yang kami perkirakan,” ungkap Shanahan.

Investor kawakan yang dijuluki Oracle of Omaha ini juga telah menjual kepemilikan sahamnya di Bank of America Corp (BoFA) secara besar-besaran. Berkshire telah memangkas 8,8% saham BoFA sejak pertengahan Juli.

Tumpukan uang tunai Berkshire Hathaway terus meningkat karena Buffett cenderung lebih menahan diri untuk melakukan keputusan pembelian saham. Hal ini karena bursa saham Wall Street terus mencetak rekor yang membuat harga saham-saham terus melonjak.

Pada rapat pemegang saham tahunan perusahaan di bulan Mei, Buffett mengatakan bahwa ia tidak terburu-buru membelanjakan kas Berkshire.

"[Kami tidak terburu-buru membeli saham] kecuali jika kami berpikir risikonya sangat kecil dan dapat menghasilkan banyak uang," ungkap Buffett.

Berkshire baru-baru ini menggunakan pembelian kembali saham (buyback) sebagai salah satu cara untuk menggunakan kasnya, namun ini menjadi lebih sulit dalam beberapa bulan terakhir karena saham-saham mencapai rekor tertinggi.

Berkshire melakukan buyback senilai sekitar US$345 juta selama kuartal II/2024. Ini merupakan level buyback terendah sejak perusahaan mengubah kebijakan buyback pada tahun 2018.

Sejak Berkshire pertama kali mengungkapkan kepemilikan sahamnya di Apple pada tahun 2016, Buffett telah memanfaatkan keuntungannya untuk mengakumulasi keuntungan yang sangat besar. Berkshire hanya menghabiskan US$31,1 miliar membeli 908 juta saham Apple yang dimilikinya hingga akhir 2021. Sekarang, sekitar 400 juta saham Apple yang dimilikinya bernilai US$84,2 miliar pada akhir Juni.

Buffett mengatakan pada pertemuan pemegang saham bulan Mei bahwa Apple adalah bisnis yang lebih baik daripada dua perusahaan lain yang sahamnya dimilikinya, American Express Co. dan Coca-Cola Co.

Dia mengatakan pada saat itu bahwa Apple kemungkinan besar akan tetap menjadi saham utamanya. Hal ini mengindikasikan bahwa masalah pajak telah memotivasi penjualan tersebut,

"Tetapi saya sama sekali tidak keberatan, dalam kondisi saat ini, untuk membangun posisi kas," katanya.

Analis Bloomberg Intelligence Matthew Palazola dan Eric Bedell mengatakan bahwa penjualan saham Berkshire kemungkinan besar ditujukan untuk menghindari pajak keuntungan modal yang lebih tinggi, dan panen keuntungan dapat berlanjut di beberapa posisi jangka panjang.

Pekan lalu, Apple melaporkan penjualan ke China turun 6,5% menjadi US$$14,7 miliar pada kuartal fiskal ketiga, meleset dari proyeksi US$15,3 miliar.

Laporan ini kembali memicu kekhawatiran bahwa Apple kehilangan pijakan di salah satu pasar luar negeri utamanya. Apple menghadapi peningkatan persaingan di China di tengah pembatasan pemerintah terhadap penggunaan teknologi asing di beberapa tempat kerja. Pertumbuhan ekonomi China juga melambat.

"Saya kira akan sangat tidak masuk akal jika dia menjual sisa sahamnya di Apple, namun hal itu tampaknya tidak terlalu mengada-ada," kata Shanahan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper