Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Top 5 News Bisnisindonesia.id: Dilema Peritel hingga Awan Mendung Emiten Rokok

Dilema Peritel hingga Awan Mendung Emiten Rokok menjadi berita pilihan tim redaksi dalam top 5 news Bisnisindonesia.id, Kamis (1/8/2024).
Ilustrasi inflasi atau kenaikan harga bahan-bahan pokok. Pelanggan memilih barang kebutuhan di salah satu ritel modern di Depok, Jawa Barat, Minggu (30/7/2023). JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha
Ilustrasi inflasi atau kenaikan harga bahan-bahan pokok. Pelanggan memilih barang kebutuhan di salah satu ritel modern di Depok, Jawa Barat, Minggu (30/7/2023). JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis, JAKARTA — Peritel menghadapi masalah tak berkesudahan pascapandemi Covid-19. Meski berangsur pulih sejak tahun lalu, pengusaha harus menghadapi rendahnya daya beli masyarakat hingga banjirnya produk ilegal di dalam negeri.

Rendahnya daya beli tercium dari indeks harga konsumen yang mengalami penurunan. Laporan Badan Pusat Statistik mencatat dua kali deflasi dalam dua bulan terakhir yakni Mei dan Juni dengan besaran secara berturut-turut sebesar -0,03% dan -0,08%. 

Dampak rendahnya daya beli masyarakat menjadi salah satu dari lima berita pilihan tim redaksi Bisnisindonesia.id, Kamis (1/8/2024). Simak ulasan selengkapnya berikut ini. 


Dilema Peritel: Daya Beli Rendah hingga Banjir Barang Ilegal

Pengusaha mal mengakui pelemahan daya beli terutama bagi masyarakat menengah ke bawah. Situasi ini juga diikuti oleh mulai meningkatnya sejumlah harga komoditas pangan utama.

Beberapa di antaranya seperti minyak goreng hingga beras. Saat daya beli masyarakat semakin tergerus, kata dia, transaksi pun akan berkurang. Alhasil penjualan dan pendapatan para pelaku usaha ritel akan anjlok.

"Jadi kalau harga jual naik, yang paling berdampak adalah masyarakat menengah ke bawah, bagi mereka ini akan sangat terasa, akhirnya menurunkan daya beli,” kata Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Alphonzus Widjaja di Jakarta, Selasa (30/7/2024).

Secara gamblang, asosiasi memandang bahwa wacana menaikkan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% mulai 2025 bakal memperburuk daya beli masyarakat kelas menengah bawah. Sebab, kenaikan PPN dari 11% menjadi 12% bakal menyebabkan kenaikan harga jual di ritel.

Belum habis soal daya beli, pedagang juga tengah dihadapkan dengan banjirnya barang impor ilegal di pasaran yang mempengaruhi penjualan produk domestik. 


Larangan Penjualan Eceran, Awan Mendung bagi Emiten Rokok

Emiten rokok mendapatkan tambahan awan mendung sejalan dengan penerapan larangan penjualan eceran rokok. Presiden Joko Widodo meneken Peraturan Pemerintah No. 28/2024 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang No. 17/2023 tentang Kesehatan.

Berdasarkan data Bloomberg, harga saham PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) terkoreksi 2,31% ke Rp15.825 sampai dengan menjelang akhir sesi pertama Rabu (31/7/2024).

Tidak jauh berbeda, harga saham PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) terkoreksi 0,73% ke Rp680 pada periode yang sama. Sedangkan, saham PT Wismilak Inti Makmur Tbk. (WIIM) anjlok 10,41% ke Rp990 hingga jelang penutupan sesi pertama.

Aturan itu menambah beban bagi prospek saham emiten rokok. Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani mengatakan prospek sektor itu memang masih muram dalam jangka panjang.

"Outlook saham rokok memang negatif untuk jangka panjang," jelasnya kepada Bisnis, Rabu (31/7/2024).


Bank Blak-blakan Keluhkan Perebutan Dana

Bank blak-blakan mengeluhkan perebutan dana publik sejalan dengan upaya Bank Indonesia (BI) mengendalikan performa rupiah terhadap dolar Amerika Serikat melalui Sekuritas Rupiah Bank Indonesia.

Adapun, berdasarkan data BI hingga Juni 2024, kepemilikan Sekuritas Rupiah BI (SRBI) berdasarkan institusi dipimpin oleh bank dengan porsi Rp461,29 triliun. Investor asing yang menjadi sasaran BI menggenggam Rp192,52 triliun dari total Rp721,06 triliun yang beredar.

Direktur Keuangan Bank Danamon Muljono Tjandra mengakui bahwa terjadi kompetisi menarik dana publik. Menurutnya, di tengah iklim suku bunga tinggi, perusahaan kesulitan mendapatkan dana setelah kemunculan SRBI. Sebagai imbasnya, dana murah atau current account savings account (CASA) perusahaan tergerus.

Sebagai gambaran dana pihak ketiga (DPK) perusahaan mencapai Rp146,1 triliun atau naik 15% secara tahunan (year-on-year/YoY). Pertumbuhan itu pun lebih agresif dibandingkan dengan semester I/2023 dengan kenaikan 2,65% YoY.

Kendati demikian, dia menyebut DPK tersebut ditopang oleh deposito sebesar Rp79 triliun yang naik 41,07% YoY dari Rp56 triliun. Dengan demikian, CASA perusahaan sebesar Rp67,1 triliun.


Pasar Saham dan Obligasi Menguat pada Akhir Juli, Bagaimana Prospeknya?

Dua aset di pasar modal, saham dan obligasi menutup perdagangan Juli dengan penguatan. Bagaimana prospek pada Agustus 2024?

Seperti diketahui, indeks harga saham gabungan (IHSG) hari ini parkir di zona hijau pada perdagangan Rabu (31/7/2024). Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG ditutup naik 0,19% atau 13,89 poin ke level 7.255,76. Sepanjang sesi, IHSG bergerak di rentang 7.226 hingga 7.275.

Adapun, Bloomberg mencatat gerak IHSG menguat 2,72% sepanjang Juli 2024. IHSG bergerak pada rentang 7.063 pada awal bulan dan sempat menyentuh level tertinggi, 7.327.

Senada, kinerja obligasi menguat yang tecermin pada kinerja Indonesia composite bond index (ICBI) dengan pertumbuhan 0,13% sepanjang tahun berjalan 2024. Berdasarkan data Bloomberg, penguatan pasar obligasi turut terlihat pada penguatan harga instrumen Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun sebesar 1,09% sepanjang Juli. Penguatan turut terjadi pada SUN tenor 2 tahun sebesar 0,37% pada periode yang sama.

Dari sisi imbal hasilnya, SUN tenor 10 tahun ditutup menyentuh 6,89% setelah sempat mencapai 7,04%. Kemudian, SUN tenor 2 tahun mencapai 6,5% setelah sempat menjangkau 6,68% sepanjang Juli 2024.


Semarak GIIAS 2024 Melawan Pelemahan Daya Beli

Pameran GIIAS 2024 digelar saat kondisi perekonomian cukup menantang, termasuk pelemahan daya beli. Meski demikian, tidak sedikit peserta yang mencatatkan peningkatan penjualan. Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2024 diikuti merek peserta terbanyak sepanjang sejarah GIIAS, yakni lebih dari 55 merek mobil penumpang, kendaraan komersial, dan sepeda motor, serta lebih dari 120 merek industri pendukung otomotif.

GIIAS 2024 juga memecahkan rekor sebagai pameran otomotif terbesar dengan menggunakan 11 hall yang total luasnya mencapai 120.000 meter persegi.

Capaian lainnya terkait dengan peluncuran dan perkenalan model baru, termasuk world premier, yang mencapai 68 model mobil penumpang dan kendaraan komersial. GIIAS 2024 juga menjadi ajang peluncuran 5 model sepeda motor.

Di sisi lain, pameran yang terbuka untuk umum selama 18-28 Juli itu berhasil menggaet pengunjung 475.084 orang, terbanyak sepanjang sejarah GIIAS. Dibandingkan dengan gelaran serupa 2023, pengunjung meningkat 3%. Bagaimana dengan potret realisasi penjualan mobil selama penyelenggaraan GIIAS? Simak berita selanjutnya di Bisnisindonesia.id.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper