Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan produksi minyak dari Blok Rokan menyentuh level 157.000 barel per hari (bpd) per 15 Juli 2024.
Plt. Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Dadan Kusdiana mengatakan produksi minyak Blok Rokan mengambil porsi 27% dari total produksi nasional, sekitar 567.000 bpd.
“Pemerintah juga berharap kinerja PHR di Blok Rokan dapat lebih dioptimalkan. PHR harus terus meningkatkan produksi dan melakukan eksplorasi untuk peningkatan cadangan,” kata Dadan kepada Bisnis, Minggu (21/7/2024).
Blok Rokan telah berproduksi lebih dari 70 tahun mencakup lebih dari 80 lapangan aktif produksi dengan 6 lapangan besar yaitu Duri, Minas, Bangko, Balam South, dan Petapahan.
Dadan mengatakan kementeriannya terus memonitor upaya Pertamina Hulu Rokan (PHR) untuk mengembangkan minyak dan gas bumi non konvensional (MNK) bekerja sama dengan EOG Resources, perusahaan asal Amerika Serikat.
“Saat ini baru saja menyelesaikan pemboran di sumur Kelok dan sedang proses rig down serta mobilisasi rig ke lokasi sumur Gulamo kembali, untuk selanjutnya dilakukan kegiatan fracturing (perekahan) lapisan batuan bawah permukaan,” kata dia.
Baca Juga
Seperti diberitakan sebelumnya, PHR melanjutkan uji coba perekahan atau fracturing dan uji alir hidrokarbon di Sumur Gulamo DET-1, Blok Rokan pada bulan ini.
Uji coba itu dilakukan setelah perseroan rampung menyelesaikan pengeboran sumur MNK Gulamo DET-1 dan Kelok DET-1 paruh pertama tahun ini.
Corporate Secretary PHR WK Rokan Rudi Ariffianto mengatakan perseroan saat ini melakukan evaluasi atas data logging dan data inti batuan (coring) hasil pengeboran dua sumur tersebut.
“Pada tahap selanjutnya akan dilakukan uji coba perekahan dan uji alir hidrokarbon di Sumur Gulamo DET-1 yang diperkirakan akan dimulai pada Juli 2024,” kata Rudi saat dihubungi, Kamis (4/7/2024).
MNK merupakan migas yang diusahakan dari reservoir tempat terbentuknya dengan permeabilitas rendah (low permeability).
Perbedaan mendasar antara hidrokarbon konvensional dan nonkonvensional adalah bahwa hidrokarbon konvensional terbentuk di batuan sumber dan bermigrasi ke batuan penyimpan (reservoir), sedangkan hidrokarbon nonkonvensional terbentuk dan tersimpan di batuan yang sama.
Oleh karena itu, hidrokarbon nonkonvensional tidak memerlukan struktur perangkap layaknya hidrokarbon konvensional.
Selain itu, hidrokarbon nonkonvensional terperangkap pada batuan dengan porositas dan permeabilitas yang sangat rendah sehingga membutuhkan teknologi tinggi untuk mengeksploitasinya.
Berdasarkan hasil pengujian Energy Information Administration (EIA) Amerika Serikat pada 2013 lalu, potensi MNK pada lima cekungan di Indonesia mengandung sumber daya gas dan minyak in-place masing-masing sebesar 303 triliun kaki kubik (Tcf) dan 234 miliar barel minyak (BBO).
Salah satu potensi sumber daya MNK itu berada pada Sentral Sumatra Basin, di mana Wilayah Kerja (WK) Rokan yang dikelola oleh Pertamina Hulu Rokan (PHR) merupakan bagian dari cekungan tersebut.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memperkirakan potensi MNK yang ada di Blok Rokan mencapai 1,28 miliar. Hitung-hitungan itu dapat mengurangi impor minyak domestik jika dapat dimonetisasi optimal.