Bisnis.com, JAKARTA -- Ketua The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell dijadwalkan memberikan kesaksian tengah tahunan mengenai kebijakan moneter pada 9 Juli 2024 di hadapan Komite Perbankan Senat.
Jadwal penjelasan Powell ke Senat Amerika Serikat ini dipastikan oleh Senator Sherrod Brown.
Powell diperkirakan akan memberikan kesaksian serupa di Komite Jasa Keuangan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada hari berikutnya, sesuai dengan tradisi historis. Namun, juru bicara komite DPR belum memberikan konfirmasi terkait jadwal tersebut.
Sidang ini biasanya berlangsung lama, dengan anggota parlemen dari kedua kubu mendiskusikan berbagai topik mulai dari kebijakan suku bunga hingga kondisi sistem perbankan.
Powell pertama kali diangkat sebagai ketua Federal Reserve oleh mantan presiden Donald Trump dan kemudian diangkat kembali untuk masa jabatan kedua oleh Presiden Joe Biden. Selama masa jabatannya, Powell menegaskan independensi bank sentral dari pengaruh politik, dengan setiap keputusan suku bunga sepenuhnya didorong oleh kondisi ekonomi.
Minggu lalu, The Fed mempertahankan suku bunga kebijakan di kisaran 5,25%-5,5% dan mengisyaratkan akan memangkas biaya pinjaman hanya sekali pada 2024. Jika inflasi terus melambat dan tidak ada gangguan besar di pasar tenaga kerja, The Fed diperkirakan akan menunggu hingga pemilihan presiden November 2024 selesai sebelum mengambil tindakan lebih lanjut.
Baca Juga
Senator Brown dan anggota Partai Demokrat lainnya telah meminta The Fed untuk menurunkan suku bunga agar penjualan rumah kembali tumbuh. Penurunan suku bunga sebelum pemilu juga dapat memberikan keuntungan bagi Biden dalam melawan Trump dari Partai Republik. Beberapa anggota Partai Republik menduga The Fed mungkin akan memangkas suku bunga untuk mempengaruhi hasil pemilu.
Pada Minggu (16/6), Presiden The Fed Minneapolis, Neel Kashkari, mengatakan bahwa prediksi pemangkasan suku bunga sekali tahun ini adalah masuk akal, dengan waktu kemungkinan hingga Desember 2024.
“Saat ini kita berada dalam posisi yang sangat baik untuk meluangkan waktu, mendapatkan lebih banyak data inflasi, dan data mengenai perekonomian serta pasar tenaga kerja sebelum mengambil keputusan,” jelas Kashkari.
Meski demikian, ia tidak mengungkapkan seberapa besar estimisasi penurunan suku bunga yang dapat terjadi.