Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produsen Makanan & Minuman Buru Bahan Baku Lokal Imbas Rupiah Loyo

Gabungan Produsen Makanan Minuman Indonesia (Gapmmi) mulai mencari bahan baku alternatif di tengah nilai rupiah yang loyo
Warga mengantre untuk membeli aneka makanan di Benhil, Jakarta Pusat pada Selasa (21/3/2024). JIBI/Ahmadi Yahya
Warga mengantre untuk membeli aneka makanan di Benhil, Jakarta Pusat pada Selasa (21/3/2024). JIBI/Ahmadi Yahya

Bisnis.com, JAKARTA -- Gabungan Produsen Makanan Minuman Indonesia (Gapmmi) bakal mencari bahan baku alternatif untuk mengatasi dampak dari nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). 

Sebagaimana diketahui, industri makanan dan minuman menjadi salah satu subsektor yang terkenda dampak melemahnya rupiah terhadap dolar AS karena lebih dari 60% bahan baku mamin masih diimpor, seperti gandum, gula rafinasi, jagung, hingga bahan baku susu.

Ketua Umum Gapmmi, Adhi S. Lukman mengatakan pihaknya mulai melakukan sejumlah strategi untuk menahan ongkos produksi tak naik, sehingga harga jual untuk konsumen tidak mengalami kenaikan. 

"Industri antisipasi dengan efisiensi serta mencari alternatif sumber daya dari lokal maupun negara alternatif," kata Adhi saat dihubungi, Selasa (18/6/2024). 

Adhi menerangkan bahwa harga pokok produksi (HPP) untuk produk makanan dan minuman pasti akan mengalami peningkatan cepat atau lambat. Sementara, produsen belum bisa menaikkan harga jual ke konsumen.

Terlebih, saat ini optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi mengalami penurunan pasca hari raya idulfitri 2024. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) menunjukkan indeks keyakinan konsumen (IKK) Mei 2024 sebesar 125,2 atau turun dibandingkan bulan sebelumnya 127,7. 

"Pasti akan meningkatkan harga pokok produksi dan belum tentu bisa menaikkan harga jual ke konsumen, butuh waktu. Akibatnya akan menggerus laba perusahaan," imbuhnya. 

Sebagai alternatif, pemerintah melalui Kementerian Perindustrian kini tengah mendorong hilirisasi produk pertanian sehingga tercipta diversifikasi produk pangan yang memanfaatkan bahan baku lokal. 

"Pengembangan industri pangan masih memiliki prospek yang besar, sehingga diharapkan ke depannya hilirisasi produk pertanian dapat menjadi tuan rumah di negeri sendiri," jelas Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Reni Yanita. 

Menurut Reni, komoditas agribisnis dan bahan pangan lokal alternatif merupakan tulang punggung ketahanan pangan Indonesia. Sebab, masyarakat tak hanya membutuhkan bahan pangan yang segar, tetapi juga olahan pangan lanjutan. 

Dia mencontohkan, pelaku industri dapat memanfaatkaan bahan baku pengganti beras sebagai sumber karbohidrat, seperti dari singkong, sagu, porang, sorgum, dan lain sebagainya.

“Percepatan hilirisasi komoditas bahan pangan saat ini sangat diperlukankarena besarnya potensi untuk pengembangan produk olahan lanjutan yang dihasilkan dari bahan baku lokal, baik produk antara (intermediate product) maupun produk jadi (end product) yang siap dikonsumsi," pungkasnya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper