Bisnis.com, JAKARTA - Kelebihan pasokan semen masih menjadi tantangan industri lantaran pemanfaatan semen dalam negeri yang masih rendah. Hal ini juga ditenggarai tingginya importasi barang dari semen, seperti beton hingga papan fiber.
Berdasarkan catatan Kementerian Perindustrian, kapasitas produksi semen sebesar 120 juta metrik ton per tahun dengan kebutuhan semen nasional sebesar 66,8 juta ton pada 2023. Artinya, ada 53,2 juta ton semen nasional yang tak terserap.
Direktur Industri Semen, Keramik, Pengolahan Bahan Galian Non Logam Putu Nadi Astuti mengatakan, secara umum semen tidak lagi ada importasi. Namun, impor barang dari semen masih tercatat tinggi.
"Bahwa impor barang dari semen, beton pracetak, beton prategang, papan fiber ini importasinya cukup tinggi," kata Putu di Kantor Kemenperin, Selasa (4/6/2024).
Pihaknya pun mendorong peningkatan pemanfaatan semen dalam negeri melalui permintaan langsung dari proyek-proyek strategis pemerintah maupun swasta untuk membangun infrastruktur, konstruksi, dan lainnya.
Merujuk data dari Badan Pusat Statistik (BPS) nilai impor barang dari semen (HS 68109900) periode Januari-Maret 2024 sebesar US$8,38 juta dengan volume 28,12 juta kg atau naik dari periode yang sama sebelumnya US$5,98 juta dengan volume 31,9 juta kg.
Baca Juga
"Kita juga dorong agar semen ini ditingkatkan pemanfaatannya pada industri barang-barang dari semen. Industri ini ada banyak, ada mortar, beton pracetak prategang, readymix, dan sebagainya," tuturnya.
Menurut Putu, apabila importasi barang dari semen tersebut dapat dikendalikan, maka produk semen yang berlebih saat ini dapat lebih dimanfaatkan dan utilitas dalam negeri dapat meningkat.
Sebagai informasi, utilisasi industri semen pada 2018 berada di level 64%, turun ke level 59% pada 2020, dan kembali turun pada 2022 menjadi 57%. Pada 2023, utilitas pabrik semen naik tipis menjadi 58%.
"Kuncinya ada di peningkatan pemanfaatan produk semen hasil produksi dalam negeri yang saat ini masih memang dari data impor cukup banyak," pungkasnya.