Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produsen AC Kelimpungan, Permintaan Naik Imbas Cuaca Panas Suplai Menipis

Produsen AC kesulitan dalam mendapat pasokan AC karena pertek di Kemenperin belum rampung, di sisi lain permitaan meninggi karena cuaca panas
Air conditioner/
Air conditioner/

Bisnis.com, JAKARTA -- Perkumpulan Perusahaan Pendingin Refrigerasi Indonesia (Perprindo) mendapatkan permintaan produk Air Conditioner (AC) yang melonjak imbas cuaca panas tahun ini. 

Sekjen Perprindo Andy Arif Widjaja mengatakan meski permintaan tinggi, produsen AC menghadapi kesulitan untuk memenuhi permintaan tersebut lantaran stok yang menipis.

"Untuk permintaan AC ada sedikit kenaikan permintaan karena kenaikan suhu akhir-akhir ini sehingga cuaca lebih panas tetapi penjualannya tidak naik secara linear dengan kenaikan jumlah permintaan," kata Andy kepada Bisnis, dikutip Minggu (12/5/2024). 

Dia menjelaskan, produsen AC saat ini kelimpungan karena supply stok produk terhambat lantaran proses mendapatkan Pertimbangan Teknis (Pertek) impor yang syaratkan Kementerian Perindustrian belum keluar. 

Adapun, aturan Pertek tertuang dalam Peraturan Menteri Perindustrian 6/2024. Dalam aturan tersebut Pertek dijanjikan akan selesai dalam 5 hari kerja namun penerapannya brlum sesuai. 

"Adanya delay dalam mendatangkan bahan baku untuk produksi AC yang masih harus diimpor yaitu kompressor karena adanya libur Idulfitri kemarin sehingga jadwal shipment juga harus disesuaikan," jelasnya. 

Di sisi lain, kenaikan harga bahan baku juga menjadi tantangan karena melemahnya rupiah dan juga kenaikan harga komoditas seperti tembaga yang banyak dipakai sebagai bahan baku produk pendingin.

Alhasil, Andy mencatat untuk penjualan bulan April tidak ada peningkatan ataupun cenderung menurun karena masa libur idulfitri. Padahal pascalebaran, permintaan karencan cuaca panas cukup tinggi. 

Untuk itu, Perprindo meminta pemerintah untuk kembali merevisi Peraturan Menteri Perdagangan 7/2024 tentang Pengaturan dan Kebijakan Impor terkait larangan dan pemabatasan. 

Pihaknya meminta penundaan untuk lartas impor produk AC hingga industri pendukung bahan baku tersedia di dalam negeri, seperti pabrik kompressor AC yang belum ada di Indonesia. 

"Sehingga menyebabkan industri dalam negeri tetap harus impor kompressor untuk produksi AC di dalam negeri," pungkasnya. 

Sebagaimana diketahui, tak hanya Indonesia, sejumlah negara Asia tengah diadang cuaca panas esktrem hingga gelombang panas. 

Berdasarkan laporan Badan Energi Internasional (International Energy Agency/IEA) pada 2019 menunjukkan bahwa hanya 15% rumah di Asia Tenggara yang memiliki pendingin udara (AC). 

Namun, angka tersebut tidak mencerminkan variasi yang sangat besar dalam tingkat pemasangan AC di berbagai negara di Asia Tenggara. Tingkat pemasangan tersebut berkisar dari sekitar 80% di Singapura dan Malaysia, hingga kurang dari 10% di Indonesia dan Vietnam.

Sementara itu, ramalan menunjukkan bahwa suhu yang lebih tinggi dan pendapatan yang lebih baik dapat menyebabkan lonjakan jumlah unit AC di Asia Tenggara dari 40 juta pada 2017 menjadi 300 juta pada 2040.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper