Bisnis.com, JAKARTA - Emiten batu bara PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menjelaskan hambatan realisasi proyek gasifikasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME).
Direktur Utama PTBA Arsal Ismail mengatakan bahwa kelangsungan nilai keekonomian proyek hilirasi batu bara yang digaungkan pemerintah perlu diperhitungkan secara matang.
"Karena untuk melalukan investasi itu, kami juga harus melihat dari sisi keekonimiannya. Jangan sampai sisi keekonomiannya mengganggu keuangan dari PTBA," kata Arsal saat ditemui setelah RUPS PTBA di Hotel Borobudur, Rabu (8/5/2024).
Dia menyampaikan bahwa perseroan hingga saat ini tetap melakukan kajian guna memaksimalkan program hilirisasi batu bara yang diamanatkan pemerintah itu. Salah satunya, terkait dengan teknologi apa yang bakal digunakan untuk proyek gasifikasi ini.
"Dari sisi sumber daya batu baranya kita punya banyak, cuma tekonologi untuk memproses batu bara menjadi jadi hilirisasinya untuk apa? kita sedang kita lakukan kajian,” ujarnya.
Sejauh ini, PTBA tengah menjalin komunikasi intensif dengan East China Engineering Science and Technology Co.LTD. untuk melanjutkan program gasifikasi batu bara menjadi dimethly ether (DME). Sejauh ini, realisasi proyek terkendala teknologi dan tingkat keekonomian proyek.
Baca Juga
Arsal mengatakan, perusahaan China itu menjadi calon mitra paling kuat belakangan yang diharapkan dapat menggantikan Air Products & Chemical Inc (APCI), perusahaan Amerika Serikat yang jadi rekanan awal PTBA dalam proyek gasifikasi batu bara tersebut.
“Di China itu ada beberapa perusahaan yang memproduksi DME, nah dari yang beberapa itu yang paling serius dengan kami ini East China Engineering Science and Technology,” kata Arsal saat Press Conference Kinerja PTBA Tahun Buku 2023 di Jakarta, Jumat (8/3/20240.
Proyek DME di Muara Enim, Sumatra Selatan itu awalnya ditarget untuk commercial operation date (COD) pada kuartal IV/2027, molor dari target awal 2024. Proyek itupun sempat menarik investasi awal dari APCI sebesar US$2,1 miliar atau setara dengan Rp30 triliun.
Saat itu, Air Products menggenggam saham mayoritas mencapai 60% dari proyek gasifikasi itu yang diikuti dengan PTBA dan PT Pertamina (Persero) masing-masing 20%. Sedangkan masa kontrak Air Products ditenggat selama 20 tahun dengan skema opsi build, operate, transfer (BOT) pada akhir kerja sama.
Dengan utilisasi 6 juta ton batu bara per tahun, proyek ini dapat menghasilkan 1,4 juta DME per tahun untuk mengurangi impor LPG 1 juta ton per tahun.