Bisnis.com, JAKARTA – Kedatangan CEO Apple Tim Cook membuka harapan integrasi Indonesia ke dalam rantai pasok global produk teknologi yang berbasis di California tersebut.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat pada 2022, dari 2,79 juta unit ponsel pintar yang Indonesia impor, 85% di antaranya merupakan produk milik Apple.
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bidang Industri, Perdagangan, dan Investasi, Ahmad Heri Firdaus menilai sudah saatnya Indonesia menjadi bagian dari rantai pasok tersebut.
“Hanya saja, untuk mencapai ke situ, industri kita harus siap sebagai pemasok komponen, harus siap memenuhi kriteria Apple. Ini yang perlu diperjuangkan,” ujarnya, Minggu (21/4/2024).
Heri menuturkan Indonesia dapat mengambil pelajaran dari Vietnam yang telah lebih dahulu dipilih oleh CEO Apple Inc. Tim Cook sebagai lokasi pabriknya di Asia.
Kondisi tersebut membuat Heri déjà vu akan pembangunan pabrik Blackberry di Malaysia pada 2011 silam, sementara konsumen Blackberry nyatanya berkumpul di Indonesia.
Baca Juga
Terlebih, Vietnam memiliki poin unggul karena memiliki hubungan bilateral yang cukup baik karena bergabung dalam Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership (CPTPP).
Melalui hubungan ini, Vietnam telah menandatangani sekitar selusin pakta perdagangan bebas untuk menghapus, atau memangkas, pajak atas beberapa impor dan ekspor.
“Kita harus bisa memberikan apa yang diberikan Vietnam kepada investor global supaya mereka mau masuk. Kita berikan yang sama atau ada lebihnya, katakanlah kepastian lahan, regulasi, insentif fiskal,” tutur Heri.
Keunggulan Vietnam lainnya, Heri menyampaikan bahwa pengurusan lahan di negara tersebut terbilang mudah serta gaji pekerja yang masih rendah, namun produktivitas yang cukup baik.
Faktanya, Data International Labor Organization (ILO) mencatat pada 2023, produktivitas tenaga kerja yang mewakili total volume output (diukur dalam Produk Domestik Bruto, PDB) yang dihasilkan per unit tenaga kerja (diukur dalam jumlah orang yang dipekerjakan atau jam kerja) selama periode referensi waktu tertentu, Indonesia lebih tinggi.
Di mana Indonesia menghasilkan senilai US$14, sementara Vietnam di angka US$10.
“Sudah seharusnya Apple buat manufaktur di Indonesia, karena jadi salah satu pasar terbesar. Motif investor kan ada dua, mendekat ke pasar atau mendekat ke bahan baku, kita dua-duanya bisa,” lanjutnya.
Apakah Indonesia mampu menyediakan ekosistem manufaktur yang bersaing dengan Vietnam?
Pemerintah Siapkan Insentif untuk Apple
Menteri Koordinator bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan telah menerima mandat untuk mengurus seputar urusan investasi dari Apple.
Dirinya bahkan menuturkan telah menerima arahan dari Joko Widodo (Jokowi) untuk memberikan insentif yang serupa atau bahkan lebih dari kompetitor.