Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Konflik Iran vs Israel Ancam Harga BBM, Pengusaha Logistik Ketar-Ketir

Pengusaha logistik menyoroti dampak kenaikan harga BBM sebagai imbas konflik Iran vs Israel ke sektor logistik.
Truk pengangkut logistik melintas di ruas tol lingkar luar, Jakarta, Jumat (15/3/20249). Bisnis/Arief Hermawan P
Truk pengangkut logistik melintas di ruas tol lingkar luar, Jakarta, Jumat (15/3/20249). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Logistik & Forwarder Indonesia (ALFI) menyebut konflik Iran vs Israel dapat mengerek naik biaya pengiriman barang seiring dengan potensi menguatnya harga bahan bakar minyak atau harga BBM.

Ketua Umum DPP ALFI, Akbar Djohan, menuturkan, sebagai salah satu bagian dari rantai pasok global, konflik Iran vs Israel akan menimbulkan dampak kepada sektor logistik nasional. Dia menjelaskan, salah satu dampak konflik ini ke sektor logistik adalah potensi kenaikan biaya pengiriman (freight cost). 

Akbar menjelaskan, saat ini Indonesia masih menjadi salah satu negara importir minyak terbesar di dunia. Sementara itu, perang antara Iran dan Israel dapat memicu kenaikan harga BBM.

Hal tersebut akan turut mempengaruhi biaya bahan bakar pada sektor pelayaran. Sehingga, biaya pengiriman baik untuk pelayaran internasional maupun domestik pun akan mengalami kenaikan.

"Multiplier effect-nya bilamana ada penyesuaian harga BBM domestik yang tentu akan berdampak kepada kenaikan biaya dan harga produk ke semua sektor ekonomi domestik," kata Akbar saat dihubungi, Selasa (16/4/2024).

Seiring dengan hal tersebut, Akbar menyarankan pemerintah untuk melakukan langkah strategis untuk memitigasi dampak konflik ini. Menurutnya, salah satu upaya yang perlu dilakukan khususnya terkait subsidi bbm untuk menjaga stabilitas domestik dan potensi inflasi yang makin besar.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengaku bahwa secara fundamental perekonomian Indonesia masih dalam kondisi aman di tengah konflik Iran-Israel.

“Perekonomian Indonesia tumbuh solid 5%. Dengan inflasi 2,5 plus minus 1%. Neraca dagang surplus. Cadangan devisa masih sekitar US$136 miliar,” kata Airlangga kepada wartawan di kompleks Istana Kepresidenan, Selasa (16/4/2024).

Dari segi pasar keuangan, Airlangga melanjutkan Indeks Dolar AS (USDX) pun turut menguat di tengah rilis ekonomi amerika yang bernada sama.

Meski begitu, dia mengamini bahwa eskalasi tentu meningkatkan ketidakpastian sehingga tentu harus adanya langkah mitigasi dengan mengalihkan aset ke safe haven, mengingat emas, dolar AS, dan nikel mengalami kenaikan.

“Eskalasi tentu meningkatkan ketidakpastian dan tentu yang harus dimitigasi adalah beralihnya aset ke safe haven. Mulai dari emas, dolar AS, dan nikel yang alami kenaikan,” ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper