Bisnis.com, JAKARTA - Mayoritas harga komoditas pangan mengalami lonjakan meski pemerintah memastikan ketersediaan stok pangan aman menjelang Lebaran. Lantas mengapa harga pangan di pasar masih tinggi?
Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (kemendag) Isy Karim menyampaikan, lonjakan harga pangan yang terjadi saat ini lebih dipengaruhi oleh faktor psikologis.
“Setiap awal puasa atau Lebaran memang terjadi kenaikan yang dipicu oleh adanya psikologis,” kata Isy dalam diskusi publik bertajuk Ketersediaan dan Keterjangkauan Harga Pangan Jelang dan Pasca Lebaran 2024, Rabu (27/3/2024).
Isy, mengutip data Indeks Ekspektasi Harga (IEH) Bank Indonesia menyebut, ekspektasi harga barang pada Maret 2024 diproyeksi naik sebesar 137,4% dibanding bulan sebelumnya sebesar 129,3%.
“Jadi bukan faktor ketersediaan, tapi karena ekspektasi peningkatan terhadap barang pangan,” ungkapnya.
Adapun, Kemendag melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan di berbagai kota terus melakukan pemantauan di lebih dari 600 pasar tradisional di 500 lebih kabupaten/kota.
Baca Juga
Dari hasil pemantauan tersebut, ada sejumlah komoditi pangan yang menjadi perhatian pemerintah. Komoditi yang menjadi perhatian ini biasanya karena kenaikannya terlalu tinggi atau terkoreksi cukup dalam.
Misalnya komoditas cabai, Isy menyebut, harga cabai terkoreksi cukup dalam. Kemendag mencatat, harga cabai mencapai Rp100.000 per kilogram pada Februari 2024, sedangkan di Maret 2024 turun di kisaran Rp35.000 - Rp52.000 per kilogram.
Komoditas lainnya yang menjadi perhatian akibat naik signifikan yaitu bawang putih, telur ayam, daging ayam, hingga beras.
Kendati demikian, pemerintah memastikan bahwa stok pangan cukup untuk menghadapi hari besar keagamaan nasional (HBKN).
“Berdasarkan analisa tentang menghadapi HBKN ini, 1 sampai 1,5 bulan ke depan stok kita aman,” ujar Wakasatgas Pangan Polri Samsu Arifin.