Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen mengungkapkan bahwa tidak mungkin suku bunga pasar akan kembali ke tingkat sebelum pandemi Covid-19, yang memicu inflasi dan imbal hasil yang lebih tinggi.
Selain itu, Yellen juga menunjukkan ekspektasi yang jauh lebih tinggi untuk suku bunga di tahun-tahun mendatang, dibandingkan dengan proyeksi tahun lalu. Angka-angka baru juga sejalan dengan perkiraan sektor swasta.
“Saya pikir hal ini mencerminkan realitas pasar saat ini dan perkiraan yang kita lihat di sektor swasta – bahwa tampaknya tidak mungkin imbal hasil akan kembali ke tingkat sebelum pandemi,” jelasnya, seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (14/3/2024).
Imbal hasil obligasi Treasury AS bertenor 10 tahun rata-rata sebesar 2,39% dalam satu dekade hingga 2019, yakni terendah dibandingkan standar historis.
Kemudian, angka tersebut juga melonjak di atas 5% pada Oktober 2024 lalu, setelah bank sentral AS atau The Fed meningkatkan suku bunganya secara agresif untuk melawan inflasi, dan saat ini tepat berada di bawah 4,2%.
Perdebatan di kalangan ekonom juga muncul, mengenai apakah dalam jangka panjang tingkat suku bunga akan kembali di saat masa sebelum pandemi, atau tetap lebih tinggi.
Baca Juga
“Penting agar asumsi-asumsi yang kami masukkan ke dalam anggaran masuk akal dan konsisten dengan pemikiran berbagai kalangan,” terang Yellen.
Yellen juga mengatakan bahwa penting agar asumsi-asumsi yang pihaknya terapkan ke dalam anggaran bersifat masuk akal dan konsisten dengan pemikiran berbagai kalangan.
Menteri keuangan tersebut dalam beberapa minggu terakhir telah mengisyaratkan bahwa pandangannya telah berubah.
Pada Januari 2023, Yellen mengindikasikan bahwa kemungkinan besar suku bunga rendah akan kembali berlaku. Kemudian, pada Januari 2024, Yellen mengatakan bahwa juri belum memutuskan mengenai hal tersebut.